Oleh: Gunawan Trihantoro )*
–
Kemaju an teknologi di era digital telah membawa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ke dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Mulai dari sektor bisnis, pendidikan, hingga sektor publik, penggunaan AI semakin meningkat dan mempermudah berbagai proses kerja. Namun, literasi tentang AI di kalangan masyarakat umum masih menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua orang memahami bagaimana teknologi ini bekerja, dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari, serta potensinya di masa depan. Oleh karena itu, meningkatkan literasi AI di kalangan masyarakat menjadi kebutuhan yang mendesak.
AI telah menjadi bagian integral dari berbagai alat dan aplikasi yang kita gunakan sehari-hari. Mesin pencari seperti Google menggunakan AI untuk menyajikan hasil pencarian yang relevan. Algoritma media sosial menggunakan AI untuk merekomendasikan konten yang sesuai dengan minat pengguna. Bahkan di sektor kesehatan, AI membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit dengan lebih cepat dan akurat.
Namun, meskipun AI hadir di mana-mana, literasi AI di kalangan masyarakat masih rendah. Sebagian besar masyarakat hanya mengenal AI secara superfisial dan sering kali tidak menyadari bahwa mereka telah berinteraksi dengan AI dalam kehidupan sehari-hari. Minimnya literasi ini membuat masyarakat rentan terhadap misinformasi, seperti ketakutan bahwa AI akan mengambil alih pekerjaan manusia secara besar-besaran, tanpa memahami bahwa AI sebenarnya dapat menjadi alat pendukung untuk meningkatkan produktivitas.
Literasi AI penting untuk mencegah kesalahpahaman tentang teknologi ini. Selain itu, dengan memahami AI, masyarakat bisa lebih beradaptasi dengan perkembangan teknologi, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia kerja. Terutama dalam dunia kerja, pemahaman akan AI akan membantu pekerja mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan perubahan teknologi, serta memaksimalkan penggunaan AI untuk meningkatkan efisiensi dan kreativitas.
Meningkatkan literasi AI di kalangan masyarakat membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, serta komunitas teknologi. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan:
- Edukasi Melalui Kurikulum Sekolah
Pemerintah dapat memainkan peran penting dengan memasukkan pendidikan tentang AI dalam kurikulum sekolah. Pengajaran dasar-dasar teknologi AI kepada siswa sejak dini akan membantu generasi muda memahami bagaimana teknologi ini bekerja dan bagaimana mereka dapat memanfaatkannya di masa depan. Selain itu, pendidikan ini juga dapat melibatkan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa diajak untuk berkreasi menggunakan teknologi AI, seperti membangun chatbot sederhana atau membuat model AI untuk memecahkan masalah sehari-hari.
- Pelatihan dan Workshop untuk Masyarakat Umum
Lembaga non-formal dan komunitas teknologi bisa menyelenggarakan pelatihan dan workshop untuk masyarakat umum. Dalam pelatihan ini, peserta bisa diperkenalkan dengan konsep dasar AI, dampak AI dalam berbagai sektor, serta cara memanfaatkan AI untuk keperluan pribadi atau profesional. Pelatihan ini sebaiknya disusun dengan cara yang mudah dipahami, tanpa jargon teknis yang berlebihan, agar dapat diikuti oleh semua kalangan.
- Kolaborasi dengan Media Massa
Media massa, baik media cetak maupun daring, bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan pengetahuan tentang AI. Program-program edukatif tentang teknologi, baik dalam bentuk artikel, dokumenter, atau podcast, dapat membantu masyarakat memahami perkembangan terbaru di bidang AI. Media juga bisa berperan dalam meluruskan mitos dan kesalahpahaman tentang AI yang sering kali beredar di masyarakat.
- Membangun Ekosistem AI di Komunitas
Pendekatan berbasis komunitas dapat menjadi cara yang efektif untuk meningkatkan literasi AI. Komunitas teknologi dapat menjadi tempat berkumpulnya individu yang ingin belajar lebih dalam tentang AI dan berbagi pengetahuan dengan orang lain. Selain itu, pemerintah juga bisa mendorong terciptanya ekosistem AI lokal dengan menyediakan fasilitas pendukung, seperti laboratorium AI terbuka untuk umum, serta mendukung start-up yang bergerak di bidang teknologi AI.
Peningkatan literasi AI di kalangan masyarakat tidak hanya berdampak positif pada pemahaman masyarakat tentang teknologi ini, tetapi juga mendorong peningkatan inovasi dan kreativitas. Masyarakat yang memahami AI dapat menggunakan teknologi ini untuk menciptakan solusi baru bagi masalah sehari-hari, baik di bidang bisnis, pendidikan, kesehatan, maupun lingkungan.
Di sektor bisnis, misalnya, literasi AI dapat membantu usaha kecil dan menengah (UKM) memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi operasional, seperti dengan menggunakan chatbot untuk layanan pelanggan atau analitik data berbasis AI untuk memahami perilaku konsumen. Di sektor pendidikan, guru dapat memanfaatkan AI untuk personalisasi pembelajaran, sehingga setiap siswa bisa mendapatkan materi yang sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing.
Di sisi lain, literasi AI juga dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam diskusi kebijakan teknologi. Ketika masyarakat memahami bagaimana AI bekerja dan dampaknya, mereka akan lebih siap untuk berpartisipasi dalam debat publik tentang regulasi AI, termasuk isu-isu seperti etika penggunaan AI, privasi data, serta dampaknya terhadap lapangan kerja.
Akhirnya, meningkatkan literasi AI di kalangan masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga pendidikan, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Melalui edukasi yang tepat, pelatihan yang inklusif, serta penyebaran informasi yang akurat, masyarakat dapat lebih memahami dan memanfaatkan AI dengan bijak. Dengan literasi AI yang lebih baik, masyarakat tidak hanya akan lebih siap menghadapi masa depan yang semakin dipenuhi oleh teknologi, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan yang positif dalam memanfaatkan AI untuk kepentingan bersama.
)* Penulis adalah pegiat Satupena Jawa Tengah, dan penulis buku-buku Moderasi Beragama, tingga di Blora.