Dilaporkan oleh : God Samderubun, S.S.,M.Si.

Editor                   : Paulus Laratmase

Edisi ketiga kali ini, Suara Anak Negeri (SAN) melapokan pemaparan materi seminar  dari Prof. Dr. Ir. Benidiktus Tanujaya, M.Si dalam rangka Hardiknas 2 Mei 2024 dan Ulang Tahun ke-1 IKDKI Wilayah Papua dengan judul, Keberadaan Ikatan Dosen Katolik Indonesia Sebagai Wadah Pemersatu Potensi Dosen di Wilayah Papua,” dirangkum oleh Godefridus Samderubun, S.S.,M.Si,  Dosen Universitas Musamus Merauke.

Tanah Papua, dengan segala keunikannya, menjadi tantangan tersendiri bagi para dosen (Katolik) untuk dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan kualitas pendidikan di wilayah ini. Melalui kerjasama yang erat antar perguruan tinggi, dosen-dosen dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya untuk menghadapi kendala-kendala geografis dan infrastruktur yang ada. Kolaborasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat di Tanah Papua.

Tantangan Geografis dan Infrastrukutur

Prof. Beni memulai pembahasan materinya dengan memaparkan  dua tantangan utama bagi dosen di Tanah Papua yakni tantangan Geografis dan tantangan Infrastruktur. “Tanah Papua memiliki karakteristik geografis yang unik, dengan wilayah yang terdiri dari pegunungan, hutan, dan daerah terpencil. Hal ini menyulitkan akses ke berbagai lokasi dan mempersulit mobilitas dosen dalam melaksanakan kegiatan akademik. Kondisi alam yang sulit juga berdampak pada ketersediaan infrastruktur yang terbatas, seperti jaringan jalan, listrik, dan telekomunikasi dan tantangan keuda adalah infrastruktur. Selain tantangan geografis, kurangnya infrastruktur yang memadai di Tanah Papua juga menjadi kendala bagi dosen dalam melaksanakan tugas mereka. Minimnya akses ke fasilitas penelitian, perpustakaan, dan laboratorium dapat menghambat pengembangan keilmuan. Selain itu, keterbatasan sarana transportasi dan akomodasi juga menambah kesulitan dalam melakukan kegiatan di berbagai lokasi,” demikian Prof. Beni mengawali pembahasan materinya.

Realitas subtansial dua persoalan dimaksud menurut Prof. Beni menuntut pentingnya membangun jaringan kerjasama antar perguruan tinggi. Prof. Beni mengatakan, “Pembangunan di Papua harus dilaksanakan secara holistik, terigrasi dan memaksimalkan semua stakeholder, terutama dunia perguruan tinggi. Oleh karena itu kerjasama antar perguruan tinggi di Papua menjadi sebuah kemendesakan.”

Pentingnya Membangun Jaringan Kerjasama

“Ada tiga hal penting yang disampaikan terkait membangun jaringan kerjasama antar perguruan tinggi ini. Pertama, membuat identifikasi kebutuhan. Langkah awal dalam membangun jaringan kerjasama adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh para dosen di Tanah Papua. Hal ini akan membantu perguruan tinggi untuk mengembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Kedua, pemetaan potensi. Selanjutnya, perguruan tinggi perlu memetakan potensi sumber daya dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing institusi. Dengan mengetahui kekuatan masing-masing, kerjasama dapat dibangun secara efektif dan saling melengkapi. Ketiga, pembentukan konsorsium. Setelah mengidentifikasi kebutuhan dan potensi, langkah berikutnya adalah membentuk konsorsium antar perguruan tinggi. Konsorsium ini akan menjadi wadah bagi dosen-dosen untuk saling berbagi pengalaman, melakukan kegiatan bersama, dan mengembangkan program-program inovatif,” tegas Prof. Beni menawarkan stragi IKDKI menghadapi dua persoalan yang dirumuskannya.

Strategi Pendekatan

Tiga strategi pendekatan menurut Prof. Beni, dapat diwujudkan melalui Pengembangan Kurikulum Berbasis Kearifan Lokal. Ia merumuskan 4 point penting, Pertama, integrasi kearifan lokal. Dalam pengembangan kurikulum di Tanah Papua, dosen perlu mempertimbangkan dan mengintegrasikan kearifan lokal masyarakat setempat. Hal ini akan membantu peserta didik untuk memahami dan menghargai budaya serta praktik-praktik tradisional yang ada di wilayah tersebut. Kedua, kolaborasi dengan Masyarakat. Dosen dapat berkolaborasi dengan tokoh masyarakat, pemimpin adat, dan praktisi lokal untuk merancang kurikulum yang relevan dan bermakna bagi mahasiswa. Melalui keterlibatan aktif masyarakat, diharapkan dapat terjadi pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang saling menguntungkan. Ketiga, inovasi pembelajaran. Dengan menggabungkan kearifan lokal dan praktik-praktik pendidikan modern, dosen dapat mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif. Hal ini akan memberikan pengalaman belajar yang unik dan memperkaya wawasan mahasiswa tentang kekayaan budaya Tanah Papua. Keempat adalah pengembangan bahan ajar. Dosen dapat mengembangkan bahan ajar yang kaya akan konten lokal, seperti buku teks, modul, atau media pembelajaran berbasis multimedia. Materi-materi ini dapat menjadi sarana untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Tanah Papua.

Kolaborasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Prof. Beni merujuk pada kewajiban para dosen IKDKI mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam mana pentingnya Kolaborasi Penelitian dan Publikasi Ilmiah.  Prof. Beni menegaskan, “Kolaborasi dalam penelitian dan pengabdian menjadi point penting. Pertama, identifikasi isu strategis. Dosen-dosen (termasuk Dosen Katolik) di Tanah Papua dapat berkolaborasi untuk mengidentifikasi isu-isu strategis yang relevan dengan kebutuhan dan tantangan di wilayah tersebut. Topik-topik penelitian dapat mencakup aspek sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, atau bidang-bidang lain yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat di Tanah Papua. Kedua, pooling sumber daya. Dengan bergabung dalam jaringan kerjasama antar perguruan tinggi, dosen dapat saling berbagi sumber daya, seperti fasilitas penelitian, akses data, dan keahlian. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk melakukan penelitian yang lebih komprehensif dan berkualitas. Yang ketiga adalah, Peningkatan Produktifitas, Kolaborasi penelitian dan publikasi ilmiah dapat mendorong peningkatan produktivitas dosen. Melalui pertukaran ide, penyusunan proposal bersama, dan publikasi hasil penelitian di jurnal ternama, dosen-dosen dapat meningkatkan visibilitas dan reputasi akademik mereka.”

Pertukaran Dosen dan Mahasiswa Antar Institusi

Hal lain yang ditekankan Prof. Beni adalan Pertukaran Dosen dan Mahasiswa Antar Institusi. Katanya, “Ada 3 hal penting yang  perlu diperhatikan, Pertama, pengenalan budaya. Pertukaran dosen dan mahasiswa antar perguruan tinggi di Tanah Papua dapat memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengenal dan memahami budaya serta kearifan lokal masyarakat setempat. Hal ini dapat memperkaya wawasan dan mempromosikan rasa saling menghargai. Kedua, pengembangan kompetensi. Melalui kegiatan pertukaran, dosen dan mahasiswa dapat saling berbagi pengalaman, metode pembelajaran, dan praktik terbaik. Hal ini dapat membantu meningkatkan kompetensi dan keterampilan mereka dalam bidang akademik maupun non akademik. Ketiga, Penguatan jaringan. Pertukaran dosen dan mahasiswa juga dapat memperkuat jaringan kerjasama antar perguruan tinggi di Tanah Papua. Interaksi dan kolaborasi yang terjalin dapat menjadi fondasi untuk pengembangan program-program akademik dan penelitian yang lebih luas di masa depan.”

Kompetensi Dosen Melalui Pelatihan

Point terakhir yang di sampaikan Prof. Beni adalah, peningkatan kompetensi dosen melalui pelatihan. “Ada 3 aspek yang perlu disikapi. Pertama, pengembangan pedagogik. Dosen di Tanah Papua perlu terus meningkatkan kompetensi pedagogik mereka untuk dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menarik bagi mahasiswa. Pelatihan dapat mencakup metode pembelajaran inovatif, pemanfaatan teknologi, dan pengembangan bahan ajar. Kedua, pelatihan kemampuan riset bersama. Pelatihan juga dapat difokuskan pada peningkatan kemampuan riset dosen, termasuk dalam hal penulisan proposal, manajemen proyek, analisis data, dan publikasi ilmiah. Hal ini akan mendorong dosen untuk terlibat lebih aktif dalam kegiatan penelitian.  Ketiga adalah penguatan kemampuan akademik. Selain itu, dosen dapat diberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan akademik, seperti manajemen program studi, pengembangan kurikulum, dan pengambilan keputusan strategis. Hal ini akan membantu dosen dalam menjalankan peran mereka secara lebih efektif.”

“Segera dibuat kerjasama antar perguruan tinggi di papua, kolaborasi dalam membuat kurikulum berbasis kearifan lokal dan peningkatan kompetensi dosen serta yang terakhir pertukaran Mahasiswa dan dosen. Keempat rekomendasi ini harus segera ditidaklanjuti baik oleh Pimpinan perguruan tinggi di seluruh wilayah papua, maupun oleh Pengurus IKDKI Wilayah Papua agar motto Mumpuni dan Melayani segera terealisasikan di Tanah Papua,” tegas Prof. Beni melalui closing statementnya.