VITA, MILITIA ET FIDES
Hidup, perjuangan dan iman

Oleh: Ferry Bataona

Peristiwa ulang tahun sering menjadi moment berharga, untuk menoleh ke belakang melihat rekam jejak yang sudah dilewati, memandang situasi hidup nyata saat ini, dan menatap masa depan dengan berbagai harapan dan impian. Ada subyektifitas dan relatifisme kepuasan dan ketidakpuasan, penyesalan dan syukur, atas keputusan2 dan langkah langkah yang sudah diambil di masa lalu: Mengapa dulu tidak ambil keputusan begini? Mengapa dulu tidak ambil keputusan begitu? Syukur dulu tidak memutuskan begini. Syukur dulu memutuskan begitu..Sering tak terhindarkan pula pertanyaan pertanyaan bernada gugatan dan perbandingan; Mengapa orang orang ini lebih berhasil hidupnya daripada saya? Bukankah saya punya kualifikasi yang tidak lebih buruk dari orang orang itu?..dst..dst.

Berbagai gugatan, perbandingan, dan pertanyaan reflektif tersebut, akhirnya sampai pada suatu titik konklusi yang tidak terbantahkan, bahwa ada absolutisme kedaulatan Tuhan dalam mengatur kehidupan yang dijalani setiap manusia, bahkan kedaulatan Tuhan itu berlaku, sejak setiap anak manusia berada dalam kandungan ibunya. Absulutisme kedaulatan Tuhan itu antara lain terungkap dalam Kitab Yesaya “Sebab jalanmu bukanlah jalanKu, dan rancanganmu bukanlah rancanganKu”.

Akan tetapi absolutisme kehendak dan penyelenggaraan Tuhan tidak meniadakan ruang bagi usaha dan perjuangan manusia menggapai kehidupan yang lebih baik. Kesuksesan dalam hidup tetap harus dibangun dengan usaha dan perjuangan yang gigih penuh pengorbanan. Kadang orang mengukur kadar kegigihan seseorang dari kerja kerja keras secara fisik. Tetapi di zaman modern ini, cara mengukurnya sudah jauh berbeda; ” It’s not about how hard you (physically) work, but how smart you (intellectually) work. Bukan soal seberapa keras (secara fisik), tetapi seberapa cerdas(secara intelektua)anda bekerja. Maksimalisasi pengembangan talenta dan potensi adalah kesimpulan tepat soal ini.

Dengan bercermin dari Abraham yang sungguh percaya, bahwa apa yang diperintahkan Tuhan untuk dilakukan dalam hidupnya adalah baik adanya, dan karena itu Abraham siap mengorbankan putra tunggalnya Ishak bagi Tuhan, maka percaya penuh pada kebaikan Tuhan dalam kemahakuasaanNya, adalah modal dan kekuatan paling utama dalam setiap pergumulan hidup. Ketika iman menjadi teguh, kepercayaan dan penyerahan diri kepada kehendak dan penyelebggaraan Tuhan menjadi penuh, maka hati dan budi menjadi teduh dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh badai. Disini ciri khas utama dari setiap manusia beriman adalah menjalani setiap moment kehidupan dengan penuh rasa syukur. Tidak ada kekecewaan, penyesalan, menggugat dan membanding-bandingkan, karena yakin dan percaya bahwa jalan dan rancangan Tuhan adalah yang terbaik. Adalah refleksi iman yang benar-benar bermakna jika setiap manusia yang berulang tahun selalu melihat perjalanan panjang penuh liku hidupnya, dalam konteks hidup, perjuangan dan iman; vita, militia et fides.