Refleksi: Paulus Laratmase
–
Biak 6 Mei 2024, bertempat di Swissbell Hotel Jalan Imam Bonjol, dilaksanakan acara Pelepasan Peserta Didik Kelas XII SMA Negeri 1 Biak Tahun Pelajaran 2023/2024.
Ballroom Hotel Swissbel di Jalan Imam Bonjol No.46, Fandoi, Kec. Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua, dipenuhi orangtua siswa SMA Negeri 1 Biak, guru dan tenaga kependidikan, undangan yang hadir menyaksikan acara “Pengumuman Kelulusan” siswa kelas XII sekaligus secara resmi pihak sekolah menyerahkan kembali para siswa kepada orangtuanya untuk meniti kariernya ke jenjang yang lebih tinggi.
Hal menarik bagi seluruh hadirin yang mengikuti acara pelepasan siswa kelas XII SMA Negeri 1 ketika Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Biak Numfor John. J. Soububer, S.STP, memberikan sambutan mewakili Kepala Dinas Pendidikan yang tidak sempat hadir karena tugas di luar daerah.
“Hari ini… Dua puluh dua tahun lalu, saya menjadi murid SMA Negeri 1 Biak. Hari ini… dua guru yang mengajar dan mendidik saya masih ada sampai sekarang. Drs. Ferry Lembong, M.M.Pd dan Abdul Rahman, S.Pd adalah guru saya kala itu. Berkat didikan merekalah, kini saya menjadi orang nomor dua di jajaran Dinas Pendidikan Kabupaten Biak Numfor,” tegas John J. Soububer, S.STP.
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi seorang guru bernama Drs. Ferry Lembong, M.M.Pd dan seorang guru Abdul Rahman, S.Pd bahkan semua orang yang menyandang profesi guru, bahwa hasil didikannya telah menjadi “Atasan” dalam sebuah strukur birokrasi.
Takdir kah?
Takdir dalam theologi Islam dimaknai sebagai ketentuan Allah Swt atas apa yang terjadi di alam ini, termasuk manusia.
Guru adalah sebuah pilihan yang Allah Swt telah menakdirkannya bagi siapa saja. Profesi itu kini ditekuni sebagai bagian dari hidup yang mewajibkan kita bermakna bagi orang lain melalui mengajar dan mendidik.
Jika Allah Swt menghendaki bahwa seseorang tidak akan menjadi guru dan menjadi seorang bupati atau kepala daerah, itulah takdirnya.
Untuk itu, guru mengajar dan mendidik karena takdirnya agar muridnya bisa menjadi presiden, manun guru tetaplah seorang guru.
Nama dan jabatan yang melekat pada profesi guru sejauh ia mengajar dan mendidik agar muridnya lebih berhasil dari dirinya, itulah makna essensial guru pada ranah profesi yang dalam term theologi Islam dimaknai sebagai takdir.
Untuk itu, guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa karena profesinya memberikan kontribusi besar bagi bangsa sehingga layak disebut pahlawan. Namun, guru tidak pernah memperoleh tanda jasa seperti pahlawan-pahlawan nasional. Bahkan, hingga saat ini masih banyak guru yang tidak mendapatkan imbal jasa yang layak.
Guru demi suksesnya kurikulum merdeka belajar, ia dituntut mengupload sejumlah kewajiban di luar dari kondisi dirinya. Ia tidak bisa mengatakan “Tidak” terhadap sebuah kebijakan negara yang tidak jarang mengambil kebijakan tanpa melihat dunia fenomenalnya.
Ia diwajibkan mengisi form-form absensi yang melalui teknologi mendeteksi kinerja di sekolah. Ia harus check lock masuk pagi dan pulang dengan mengupload foto diri agar dimonitor sejauhmana ia berkerja maksimal demi kemajuan anak didiknya hanya demi sebuah stimulus respons bernama “Tunjangan Sertifikasi atau tunjangan kinerja” yang sejatinya, sejak dulu kala, pengabdian tanpa pamrih itu telah dikerjakan bagi kemajuan bangsa dan negara.
“SMA Negeri 1 Biak menjadi icon bukan saja di enam provinsi di Papua, sebuah indikator kecil bahwa hampir sebagian besar pejabat di Kabupaten Biak Numfor adalah alumni dari SMA Negei 1 Biak,” ungkap Sekretaris Dinas Pendidikan yang adalah alumni SMA Negeri 1 Biak.
Apresiasi spontan dari seorang Sekretaris Dinas Pendidikan bukanlah sebuah kebetulan terhadap dua tokoh guru dan pendidiknya. Apresiasi tulus itu sejatinya ditujukan bagi semua guru tanpa embel-embel bahwa guru seyogyanya ada di hati semua orang karena jasanya tanpa pamrih.
Proficiat Drs. Ferry Lembong, M.M.Pd dan Abdul Rahman, S.Pd. Jika Takdir Allah Swt menghendaki lain, sudah pasti predikat, “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” tidak disandang. Hanya karena takdirmu, sehebat apa pun anda, anda adalah seorang guru dan siswa-siswamu akan jauh berprestasi melampaui predikat guru yang durasi waktunya sebatas sekolah dan ruang kelas.
Dan ketika siswamu berprestasi menggapai dunia karena keilmuannya, di situ guru mengalami kepuasan batin yang tidak bisa diukur dengan nilai apa pun. Kepuasan itu bukan hanya sebuah perasaan psikologis, tetapi juga kepuasan batin yang tak terukur di masa uzur pensiunmu, yang oleh bahasa biblis sebuah investasi masa depan ketika uzur itu mengalami kepenuhan dalam ketiadaan.
Dok. Foto