Iring-iringan mobil pembawa jenazah Pastor Agustinus Soplanit MSC akhirnya tiba di Pemakaman San Diego Hill, Karawang, Jawa Barat, Sabtu (29/7/2023). Para pelayat tenggelam dalam duka mendalam ditinggal sang imam bersuara merdu yang mereka cinta.
Tampak tak hanya umat Katolik dari Merauke yang mengiringi kepergiannya. Terlihat jelas ratusan umat Katolik asal Kei dan Tanimbar serta keluarga besar Kawanua Katolik (Manado). Tak ketinggalan umat Gereja Protestan Maluku (GPM) dan warga Ambon yang tinggal di Jakarta, ikut larut dalam lautan massa itu. Dua adik kandung dari Pastor Agus dan warga Desa Amahusu, desa asal almarhum, terpaku bisu berlinang air mata.
Tak salah untuk mengatakan betapa bermakna kehadiran dan pelayanan Pastor Agus di Merauke, Ambon, dan Kei khususnya saat ia menjadi Kepala Sekolah SMK Siwa Lima, Langgur.
Sebagai imam dan biarawan MSC, Pastor Agus bermisi membawa Cinta dan Kasih Allah kepada sesama. Itulah spiritualitas dasar yang mewarnai hidup dan pelayanannya.
Pastor Agustinus Soplanit MSC meninggal di Bali akibat serangan jantung. Dia datang ke Bali untuk menghadiri undangan “12th Bali Internasional Choir Festival 2023″. Sebelumnya dia baru saja merayakan 25 Tahun Imamat dalam Tarekat MSC.
Imam yang berkarya di Keuskupan Agung Merauke ini dikenal memiliki kharisma di bidang tarik suara. Tapi Agus lebih suka membentuk kelompok paduan suara. Dia menjadi pelatih koor yang mampu membuat anggotanya menyanyi secara baik.
Baru saja dirinya menjadi Pastor Paroki Kelapa Lima Merauke, paduan suara bentukannya, Samatipa Ecclesia Chorale” meraih juara pertama dalam lomba paduan suara di Merauke.
Pastor Agus mewarisi darah seni dari keluarganya di Amahusu, Ambon. Kakak dari ibunya adalah seorang maestro dan legend penyanyi Zeth Lekatompessy, yang pernah dijuluki “Broery Ambon” merujuk pada sosok penyanyi terkenal Broery Pesulima.
Pastor Agus lahir dalam sebuah keluarga Kristen Protestan di Ambon, dari seorang ayah yang militer dan bertugas pada Kodam XV Pattimura (kini Kodam XVI Pattimura). Bersekolah di SD Xaverius C, Ambon, Agus kecil mulai merasa tertarik dengan lingkungan Katolik. Tamat kuliah di Universitas Pattimura, Agus sebenarnya sedang dalam proses pengangkatan sebagai dosen di universitas itu, tapi dia lebih memilih menjadi calon imam Katolik.
“Pastor Agus telah tertarik menjadi pastor sudah sejak kecil. Hal itu sering ia ungkapkan kepada ibu sambungnya, Ibu Karamoy, asal Manado, yang menikah dengan ayahnya Soplanit setelah ibu kandungnya Lekatompessy meninggal dunia,” tutur Sekretaris Provinsial MSC Indonesia Pastor Joseph Harbelubun MSC saat membacakan riwayat hidupnya.
Tahun 1989 dia meninggalkan Ambon untuk melanjutkan pembinaan dan kuliah filsafat dan teologi pada Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng, Manado. Pada 25 Juli 1998 dia ditahbiskan imam oleh Uskup Amboina, Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC, di Gereja Katedral Ambon.
Selanjutnya Pastor Agus bertugas di Ambon sebelum pindah ke Kei sebagai Kepala Sekolah SMK Siwa Lima Langgur. Setelah beberapa lama bertugas di Bumi Larvul Ngabal itu dia pindah ke Merauke dan berkarya di sana sampai Tuhan memanggilnya.
Saat memimpin Misa Requirm, Mgr PC. Mandagi MSC mengungkapkan rasa terima kasih kepada almarhum yang selalu siap sedia (semper para sunt) melayani umat di Merauke. Uskup Mandagi mengatakan, semangat pelayanan diperlihatkan Pastor Agus, dan ini memperlihatkan dirinya sebagai Misionaris Hati Kudus yang total menyerahkan hidup kepada Kristus.
“Pelayanan kepada umat harus total karena kita sudah total berserah kepada Tuhan. Harus dekat dengan Tuhan, dekat dengan uskup, dan dekat dengan umat,” ujar Uskup Mandagi.
Sementara Superior MSC Daerah Papua, Pastor Joni Astanto MSC, dalam misa yang dipimpinnya, mengatakan, Pastor Agus telah bekerja dengan memberikan kepada umat. “Dia berkharisma di bidang seni suara dan melatih umat bernyanyi dengan sangat baik. Dia punya paduan suara yang terbaik di Merauke,” paparnya.
Dalam Misa Pelepasan Jenazah di RS Carolus, Jakarta, Provinsial MSC Indonesia Pastor Samuel Maranresi MSC mengucapkan terima kasih kepada almarhum yang sudah bergabung dalam Kongregasi MSC dan bersama-sama berkarya untuk Gereja Katolik.
Pastor Agus bergabung dalam Tarekat MSC Indonesia sejak ia mengikrarkan kaul-kaul kebiaraannya di Novisiat MSC Sananta Sela, Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah, 25 tahun lalu, yaitu kaul ketaatan, kaul kemiskinan, dan kaul kemurnian.
Agus muda terpikat pada Spiritualitas Hati yang terekspresi dalam hidup dan karya para imam dan bruder MSC di Ambon. Misalnya, kesederhanaan hidup itu ia lihat pada sosok Uskup Amboina saat itu, Mgr Andreas Sol MSC, yang kemana-mana memakai sepeda. Itu semua membuat dirinya merasa pasti untuk melangkah berkarya di ladang Tuhan dengan menjadi imam MSC (Missionariorum Sacratissimi Cordus Jesu, Misionaris Hati Kudus Yesus).
Kongregasi MSC berdiri di Issoudun, Perancis, pada 1854 oleh Pastor Jules Chevalier (1824-1907). Anggota yang bergabung di dalamnya menghayati hidup bakti misioner sebagai biarawan, yaitu sebagai imam (atau calon imam) dan bruder, dengan moto: “Dikasihilah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia”.
Seorang sahabatnya, yang kini menjadi salah satu Pengurus Kawanua Katolik (Kawkat) Jakarta, Stefie Rengkuan, mengatakan, Pastor Agus adalah pribadi yang luar biasa. “Dia disiplin. Di balik sikap tegas dan disiplin itu sesungguhnya dia mau agar orang lain maju dan berkembang serta menjadi terbaik dalam hidupnya. Dia baik hati, humoris, peduli pada orang lain,” ujar pria yang juga aktif di Ikatan Sarjana Katolik (ISKA) Jakarta.
Sementara John Bosco Wee, alumni SMK Siwa Lima Langgur, bertutur, “Dulu, anak-anak STM suka berantem, tapi Pastor Agus berhasil mengubah karakter kami menjadi pribadi yang baik,” ujar Bosco.
Saat berkarya di Langgur itulah Pastor Agus membentuk kelompok paduan suara. Anggotanya diseleksi dengan membuat audisi dari kampung ke kampung di Kei Kecil. Akhirnya terbentuk kelompok paduan suara Cantemus Choir. Pastor Agus kemudian menjadi penggagas Pesparani Keuskupan Amboina di Langgur.
Kemudian, dia membentuk Paduan Suara Evav Madrigal Singers, yang mewakili Keuskupan Amboina pada Pesparani Tingkat Nasional di Kupang, 2022, dengan meraih sejumlah prestasi terbaik. Kelompok ini juga meroket mengikuti lomba paduan suara nasional dan internasional di Bali.
Sebelumnya, di Ambon, Pastor Agus membentuk Paduan Suara Lumen Christi Choir. Ini semua membanggakan umat dan masyarakat. Di Paroki Santo Yosep Bambu Pemali, Merauke, lahir kelompok paduan suara Samatipa Ecclesia Chorale.
“Bapa Pastor Agus mengambil peran penting dalam perkembangan paduan suara Gereja Katolik di Maluku. Banyak umat mengalami kemajuan dalam bernyanyi. Beliau memberi motivasi dan melatih umat, mengadakan lomba-lomba nyanyi sejak 2000. Banyak kenangan dengan beliau,” tulis Grace Bnf di facebook-nya.
Kematian telah menghimpun banyak orang untuk berpamitan dengan Pastor Agustinus Soplanit MSC, imam yang bersuara merdu itu. Orang Latin mengatakan, Bene Cantat, Bis Orat, bernyanyi dengan baik berarti telah berdoa dua kali. *
Stef Tokan