Penulis: Vera Nainggolan
–
Aku seorang perempuan dan aku anak kedua dari 4 bersaudara. Aku suka menulis dan menangis terdengar aneh bukan? Tapi memang benar. Tulisan yg aku tulis bersama ribuan luka yang belum sempat terobati, aku menangis sambil menulis meluapkan seisi luka dalam setiap lembaran buku itu. Sepenggal kata demi kata dipadukan dengan luka yang membasah dan tidak tahu kapan akan mengering.
Aku tak suka jatuh cinta tapi aku selalu belajar mencoba akhirnya sama saja dipatahkan lagi dan dipatahkan lagi. Aku seperti tidak pantas dicintai ataupun mencintai. Kau tahu bagiku hal apa yang paling rumit? Bagiku perasaan, karena perasaan adalah hal paling rumit. Semua orang bisa melakukan apa pun karena perasaan sendiri bahkan logikanya tidak terpakai hanya karena mengikuti perasaannya sendiri.
Saya tidak punya jalan keluar untuk rasa sakit fisik dan emosional saya, jadi saya membuka dokumen kata dan mulai menulis cerita saya. Sejujurnya, tidak banyak yang bisa ditulis pada awalnya. Saya tidak ingat sebagian besarnya. Saya terus menulis apa pun yang saya tahu, dan hal-hal baru mulai bermunculan. Emosi besar mulai muncul ke permukaan. Saya membiarkan diri saya menulis apa saja. Saya menulis semua perasaan, tidak peduli apa yang mereka katakan. Ini datang dengan begitu banyak penolakan dari dalam diriku. “Ini hanya membuang-buang waktu. Ada hal yang lebih penting untuk dilakukan. Saya harus fokus pada pekerjaan saya. Saya harus berhenti memandang laut dan melanjutkan hidup saya. Masa lalu sudah berlalu. Ini tidak membantu. Hal ini justru memperburuk keadaan.” Saya mendengar semuanya. Aku bahkan menulis semuanya. Lagipula aku tetap menulis.
Sejujurnya menulis cerita ini pun bukan sesuatu yang mudah, aku kembali membuka luka tersebut dan mengingatnya satu per satu. Namun, aku menerima luka ini. Aku banyak belajar dari luka ini. Belajar bahwa tidak semua cinta harus diungkapkan, dan tidak semua patah hati harus berakhir dengan membenci. Luka ini perlahan mulai sembuh dan terobati. Entah, mungkin karena aku lebih mencintai diriku saat ini. Atau aku sudah bisa melepas ketakutanku ? Atau aku mulai dapat menerima siapa pun yang nanti akan mengisi hari- hariku? Saat ini aku hanya berharap Tuhan mempertemukan dengan seseorang yang memang dipersiapkan untukku. Berharap Tuhan memberi tanda dengan debar yang berbeda, supaya aku tahu kalau aku tidak salah langkah. Semoga itu, kamu (siapa pun nantinya).
Hidup dalam trauma itu tidak mudah. Sesekali bayangan itu seperti datang menghantui hati dan pikiran. Ya trauma masa kecil itu masih membekas di hati ini sampai dengan sekarang. Rasa takut, rasa sedih, rasa kecewa semua itu masih berlanjut hingga kini,.
Memang semua itu terjadi di masa lampau tapi perlakuan mereka saat ini terkadang membuat aku mengingat masa lalu itu. Saat setelah dewasa pun aku tidak mendapatkan hakku. Aku selalu dibedakan dan diperlakukan secara tidak adil, apakah aku kecewa? Ya rasa itu itu pasti ada karena aku manusia biasa.
Aku ingin hidup normal seperti keluarga lain, saling mendukung dan saling menguatkan, saling membantu saat ada masalah dan saling membagi kebahagiaan. Aku ingin seperti keluarga lain saling membagi senyum dan canda tawa meski dengan hal-hal kecil. Aku ingin diperlakukan adil meskipun aku sudah dewasa aku juga ingin diperhatikan bukan dibiarkan.
Semua luka yang pernah aku alami menjadi acuan dan motivasi. Ya aku ingin menunjukkan aku masih bisa berdiri meski tanpa dukungan. Aku ingin menjadi sukses dengan tanganku sendiri, aku ingin membahagiakan semua orang yang pernah menemani aku saat aku jatuh.
Aku juga ingin membahagiakan orang tuaku, seburuk apa pun mereka di masa lalu mereka tetap bagian dari hidupku, dan aku sebagai anak wajib berbakti pada orangtua, tetap menghargai dan menyayangi mereka.
Masa kini adalah sepenuhnya milik kita, hadiah menakjubkan dari Sang Pencipta. Trauma dengan cinta dan trauma masa kecil akan jadi pelajaran hidup. Dan hidup kita Diberikan secara gratis tetapi tidak bisa dibeli, jadi sangat tidak layak untuk disia-siakan hanya untuk orang yang selalu merendahkan kita. Semangat yuk bisa yuk!