Oleh: Elza Peldi Taher
–
Inilah pemandangan belakang rumah emak di kampung halaman, Muaralabuh, Solok Selatan, Sumatra Barat. Tanah yang kini mengalami banyak bencana.
Di sana, tanah subur terbentang luas, digarap oleh petani-petani penuh keuletan dan kecintaan akan tanah leluhur mereka. Sawah-sawah yang hijau menyambut mata dengan keindahan yang tak terbantahkan, seperti permadani hijau yang luas menghampar hingga mata memandang.
Jika pagi datang, sinar matahari menembus kabut tipis yang mengambang di atas sawah, menciptakan panorama yang memukau. Suara gemericik air mengalir dari irigasi, menambahkan kesegaran pada udara pagi yang segar. Di kejauhan, terlihat pegunungan menjulang tinggi yang diselimuti oleh awan putih, seakan menjaga rahasia alam yang megah di baliknya.
Saat mentari mulai menanjak, langit berubah menjadi perpaduan warna-warni yang mempesona. Pemandangan matahari terbit atau terbenam di balik pegunungan adalah pemandangan yang tak terlupakan, menghadirkan perasaan kedamaian dan keajaiban alam yang tiada tara. Sangat sulit untuk tidak terpesona oleh keindahan alam raya Muara Labuh, Solok Selatan.
Namun, keindahan alam di kampung tidak hanya terbatas pada pegunungan dan sawah yang subur. Di sepanjang perbukitan yang membelah desa, terdapat hutan-hutan yang rimbun dengan flora dan fauna yang beragam. Suara kicauan burung dan aliran sungai yang mengalir menjadi latar musik alam yang menghanyutkan jiwa.
Setiap sudut kampung halaman memiliki cerita dan keindahan tersendiri yang tak bisa dilupakan. Sangat sulit untuk menemukan kedamaian dan keaslian yang sama di tempat lain. Dalam setiap langkah yang diambil di tanah leluhur ini, saya merasa terhubung dengan alam dan kehidupan dengan cara yang tak tergantikan.
Yang tak bisa dilupakan di kampung adalah masa kecil ketika bermain dengan kawan kawan sambil menikmati keindahan alam. Setiap sudut desa dipenuhi dengan riuh rendah tawa dan cerita petualangan, diwarnai oleh keindahan alam yang menakjubkan. Saat matahari bersinar cerah dan angin sepoi-sepoi bertiup lembut, kami anak-anak kampung, menjelajahi keindahan alam yang begitu memukau.
Masing-masing hari adalah petualangan baru, di mana kami berlarian di antara sawah yang hijau, menyusuri sungai yang jernih, dan mendaki bukit-bukit yang menantang. Di balik setiap tikungan sungai, kami menemukan tempat-tempat tersembunyi yang menjadi arena bermain kami. Dari kolam-kolam alami hingga gua-gua kecil yang misterius, setiap penjuru alam desa kami adalah panggung untuk imajinasi kami berkembang.
Saat senja mulai menjelang, kami berkumpul di bawah pohon besar di pinggir sawah, menikmati kehangatan sinar matahari yang mulai redup. Di sana, di antara percikan cahaya senja yang memainkan permainan bayangan, kami bertukar cerita dan kenangan, membagi tawa dan kegembiraan yang tak terlupakan. Setiap momen itu adalah sebuah kenangan yang penuh warna dan kehangatan. Yang tak bisa dilupakan adalah makan basamo di tepi pegunungan yang sunyi.
Seiring berjalannya waktu, hukum alam pun berlaku. Masa kecil yang penuh kepolosan itu takkan pernah kembali lagi. Namun, meskipun waktu terus berjalan, kenangan itu tetap terpatri, mengingatkan kami akan keindahan alam dan persahabatan yang abadi di kampung halaman tercinta.
Kampung halaman bukan sekadar tempat, tetapi juga rumah bagi kenangan-kenangan yang mengikatkan. Setiap jengkal tanah, setiap rerumputan yang menghijau, dan setiap pepohonan yang menjulang tinggi memiliki cerita tersendiri yang takkan pernah pudar. Di dalam keheningan dan keindahan alam yang mengagumkan ini, saya merasakan kehadiran dan kehangatan dari kawan kawan masa kecil, membuat kampung halaman selalu menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi
Salam