1
Adakah kata jingga datang padaku? Jingga atas goresan langit bianglala turun ke hatiku. Ketika rindu tinggal bayang dan musim menyisakan bunga-bunga tanpa pesan

Tak ada kepastian? Kata cinta? Merah yang kehilangan kejujuran, dan biru yang menegur sepi. Ya, kata jingga, impian jiwa

Aku, masih sendiri di sini, berjalan ke arah cermin; pada layar menatap orang ramai; dunia adalah warna, dan kupercaya jingga atas langit di sana tersimpan harapan dan kehangatan rindu kekasih

2
Cahaya senja bawakan rindu
adakah dia mengalun ke sisimu
berkata jingga tak ragu

Percakapan tinggalkan kenangan
kemarin dan batas impian
cinta menjelma ruang pada garis-
garis biru keunguan

Mungkin, sehimpun kata tak cukup
tuk menghapus merah dendam getaran hidup dan sekecup ciuman

3
Bila tuhan mencipta hujan- adakah dia seperti surga yang tak dirindukan? Atau dia sebuah rindu yang entah dan tiba-tiba menyapamu di waktu kelam

Dan waktu kau berjalan- dan berpikir itu hanya sebuah peran? Kau bayangkan jalan itu sebuah rindu yang berarah ke dalam ruang- ruang hujan, dan kau selami dinginnya, dan kemudian kau teringat dan berkata: apa kabar tuhan?

Mungkin ada jawaban padanya mungkin juga tidak- tapi kau mulai mencari dan bertanya lagi tentang dirimu kepadanya: apakah aku baik-baik saja, tuhan?

4
Tuhan, dimana pintumu?
Aku mengetuk-ngetuk
Ketuklah hatiku

5
Dalam goresan senja kata-kata itu menjelma jingga sisi bianglala mencari gurat tiada terengkuh garis dan makna

Dia berjalan- mencari pijar cahaya yang kian dekat ke batas cakrawala, pada garis pantai jauh dia berjalan ombak membayang di bola matanya hilang bersama gerimis di jalan tak bertanda

“Kau tahu betapa nasib menapak di tiap langkah kita?” ucapnya, “Meski jejak pergi hilang entah dimana.”

6
Hanya 5 cm- batas persahabatan dan ego, tapi manusia adalah makhluk yang penuh suka cita, dan ada ruang tak terbaca, dan mereka bercakap untuk memahami keduanya

Seperti rindu dan cinta adalah ruang tak berhingga, dan muncul tiba-tiba sekelebat tanpa pernah kita pertanyakan darimana dia bermukim dimana apakah sayap tuhan attasnya- dan sekali lagi manusia adalah makhluk yang penuh suka cita, sehingga perasaan rindu dan cinta tak pernah hilang selalu bersemayam di hati, di semesta jiwa

Kita pun berjalan bersama beriringan tanpa takut tanpa merasa tertekan meski badai topan datang dalam setiap langkah persahabatan- karena sejengkal persahabatan sanggup membawa kita berseru di puncak Mahameru

7
Jingga- perempuan itu berdiri dalam sebuah ruang dan aku pun mulai berpikir ke ruang mana dia berjalan ke arah senja bersamaku

Kata adalah ruang, ingin kubawa kau ke sana lewati musim ketika tak ada yang menjelma dalam rutin terkuak dalam benak terlipur dalam bentuk hanya getaran, suara bathin

Getaran itu kan bawakan suara ke sisimu jingga tanpa ada yang sanggup mengikutinya

8
Bila pagi tak membawa pada setangkai mawar setangkup puisi mungkin dapat menemani kegelisahan

9
Masuklah ke dalam diriku- ruang cahaya dan kau tak perlu sebutkan nama karena kerinduan tak punya nama

10
(sebuah monolog kecil)

Selamat pagi Jingga! Apa kabarmu pagi ini? Adakah cahaya itu yang membawamu kepadaku hingga garis pagi menciptakan goresan lebih tegas dan bermakna. Meski dia belum berbentuk, tapi sketsa langit sebuah pertanda keniscayaan. Dan tak ada yang lebih indah dari sinaran langit jingga. Aku baru ingin memulainya bersamamu, memulai sebuah kerja dimana setiap kata yang keluar menjelma dan menghias dari langit jiwa

Kau mau bermain dalam kerja kata-kata bersamaku Jingga? Sekarang sudah jam sepuluh, dan itu waktu terbaik untuk menetapkan langkah, tiada dia sebelas atau duabelas dan seterusnya. Aku tak ingin musim bertambah tua, tak menciptakan pohon dengan dedaun baru. Dan tentu bunganya, serias kembang indah dalam tatapan matamu

Sebelum waktu tiba, pagimu masih jauh ke arah senja , diam-diam aku menatapmu dari kejauhan, dan kulihat sinar matamu yang tegas, tapi penuh kelembutan. Sinar mata itu kan membawa ruang ke arah senja bersamaku

11

Kala Jingga bertaut senja lukisan langit terbitkan keindahan dan alam maya nyalakan gelora jentera jiwa

Kau pun memandang ke arah sudut yang kosong itu- ada yang belum terpikir membawa getar keraguan. Tapi tak ada yang berarti daripada berdiri di batas kerinduan pada kecanuk kota yang genah oleh wabah

Dan batas itu kan kita lewati bersama sebuah keyakinan jingga itu hadir kembali di ufuk fajar kemegahan cakrawala pagi

12
Jingga masuki ruang
warnai hari-hari
hidupku

Jingga bawakan kata
cinta terangi ruang-ruang
hatiku

Jingga tinggalkan batas
dan keraguan tuk lewati senja
bersamaku

13
Setelah hujan tiada yang dikatakan kepada senja, dan perempuan itu hanya diam menunggu jingga pada pelangi yang mungkin tiba

Senja pun beringsut tanpa suara tanpa tahu kemana rindu hujan membawa desau musim di sana perempuan itu masih menunggu tiap kata yang jatuh di sisi kaca jendela

Aku baru sampai di sana ketika perempuan itu pergi bersama senja dan dari kejauhan kulihat kakinya yang basah berkilau terpahat cahaya senja

14
Setelah hujan ini mungkin ada hujan yang lain tapi aku tak tahu apakah masih ada pelukan di ujung kata musim

15
Karena senja telah berlalu dan sayap-sayapnya terbang di keheningan malam sisi dimana tak kutemukan lagi di sana garis warna kemerahan hanya hitam dan hitam dan mungkin kelabu yang beku- rindu tiada menyimpan kata dan kenangan

Dia- perempuan itu tak semlat juga bertanya. Hanya sepi melebar ke batas cakrawala biru yang pudar dan ungu tak tahu arti merindu hanya desah angin diambang keraguan

Kita pun diam dan udara senyap- kau mendekat menatap bayang malam ketika aku berdiri memandangmu- rembulan sinar lembut cahaya kasihku

16
Berdiri aku
dalam remang cahaya
setumpuk harap

Sadari diri
kemana kulepaskan
keterbatasan

Setinggi rasa
kata ungkapan jiwa
sebrang bahasa

Bahasa ibu
bumbu kata rempahmu
getarkan rindu

Kepada laut
bocah mainkan ombak
pinggiran pantai

Bernisan sajak
onak kata berontak
takdir membentak

Tajam pikiran
dunia, o, dunia
langit angkasa

Padam pikiran
dunia, o, dunia
pesona cinta

Rona memerah
ke sana kita lepas
penderitaan

Ketinggianku
tabularasajiwa
sederhanaku

Menara pisa
bertaut tugu monas
menara eiffel

Kemana elang
terbang bawa angkasa
langit pikirku

Bangun bahasa
buka jendela buka
rasa pikiran

Tapi kemana
kubawa makna diri
Indonesia

Kata yang dulu
masih sama berarti
kata kemarin

Detik yang dulu
tidak lagi berarti
detik sekarang

Sebuah cemas
keras bertengger atas
atap rumahku

Selasar jauh
bom atom hiroshima
dan nagasaki

Sejarah itu
rentetan peristiwa
semesta purba?

Nah, perang dingin
perlombaan senjata
karang pikiran

Arus berganti
narasi pengetahuan
o, dekonstruksi

Dunia baru
seikat bunga mawar
o, perdamaian

Setinggi Nietzsche
cermin pandang dunia
ruang-bahasa

Kesadaranmu
sebayang langit tinggi
kesadaranku

Perang niaga
amerika-china
apa berikut?

Tinggi pembatas
dunia- tanpa batas
kaum imigran

Oh, perempuan
dimana suaramu
oh, perempuan

Hanya senasib
sepenanggungan kata
pesona bulan

Tidak sekali!
matahari berdiri
duakan kaki

Aku pun takjub
pada kesetiaan
bintang kerucut

Nun piramida
kekuasaan itu tinggi
pudar dan bangkrut?

Tetapi, masih
ada tertinggal tapi
kegelisahan!

Berdiri aku
tinggal padam api
harapan ini!

17
Debur ombak menyisir pantai suaranya pecah perlahan dan kata menjauh membuka kelopak jingga langit senja

“Pada pantulan cahaya jingga di sana dan hatiku terpikat karenanya,” kata gadis itu dan melebar senyumnya ketika ruang senja itu membawa jingga masuk ke kamarnya

Aku ingin melepas senja itu dan menangkapnya kembali sampai aku lelah dan tertidur, dan terbangun ketika cahaya jingga itu berbisik lembut sebelum terbang lesat ke ufuk timur saat fajar mengucap kata pagi

18
Ada yang terangkum di bulir
pagi- wajah yang meruang
cahaya senja

Aku pun ingin merangkumnya
sebelum senja datang dan
gerimis reda

Sebelum kau berkata- dalam
hatiku tertanam cinta
tapi aku tak tahu kepada siapa
dia pantas kuberi agar
anak-anak itu merangkainya
bersama di bulir pagi ke cahaya
senja

19
Waktu kau berbisik kepadaku kekasih ada getar cahaya lewat di sana dan menyusup ke gelap sumur kata-kata, pergi ke ladang-ladang bahasa kita punya tumbuhkan perasaan rindu kaum pekerja

Cinta ke titik bermula dimana kanvas kosong sang pelukis memulai harinya? Dan cahaya menerangi sisi-sisi gelap lukisan itu- bahasa tanda dan perlambang menetap di sana sampai waktu pecahkan dinding bahasa dan kata-kata terbetik ke langit pikiran tercipta nuansa warna ujung gerimis

Bahasa itu menemuiku dan menjelma horizon langit biru awan putih matahari merah gemintang kuning- dan kata jingga seakan memahami angin bergerak ke sana ke lembah hijau di mana perasaan itu ada saat aku memelukmu

20
Bibir yang rekah
di taman hangat senyum dan
satu kecupan

bibir yang indah
di baris geligi lembut rangkum kata
dan dunia

bibir atas bibir
retas kata segala batas suara
perempuan

21
(perkawinan)

Bulan mei yang panas musim kemarau t’lah menapak di batas kota dan bayang matahari kan lekas sampai sebelum kita lepaskan janji berdua tuk cinta sederhana

Di hari ulang tahun itu banyak doa berkumpul teman dan kerabat membawa kembang rias perkawinan kita tuk cinta sederhana

Meski waktu lekat untuk cinta yang singkat mahar seribu puisi kubawa tuk cinta sederhana

***s e l e s a i**