Oleh: Selbert Lino Laia
–
Sumatera Utara pada awal abad ke 20 adalah wilayah yang dinamis dengan
kegiatan ekonomi yang signifikan, terutama di sektor perkebunan. Perkembangan ini
membawa masuknya tenaga kerja dari berbagai daerah di Indonesia, yang kemudian
menjadi basis pendukung bagi organisasi-organisasi pergerakan nasional. Pada awal
abad ke-20, Indonesia masih berada di bawah cengkraman kolonialisme Belanda yang
membawa dampak sosial, ekonomi, dan politik yang signifikan. Eksploitasi sumber
daya alam dan tenaga kerja pribumi oleh kolonialisme menyebabkan ketidakadilan
dan kesenjangan yang sangat mencolok di kalangan masyarakat lokal.
Dalam konteks ini, Sarekat Islam (SI) muncul sebagai organisasi yang
berusaha memperjuangkan hak dan kesejahteraan rakyat pribumi. Meskipun awalnya
didirikan di Surabaya oleh Haji Samanhudi pada tahun 1912 untuk melindungi
kepentingan pedagang batik pribumi dari dominasi pedagang asing, SI segera
berkembang menjadi gerakan yang lebih luas, mencakup isu-isu politik dan sosial.
Pada masa itu, Sumatera Utara, khususnya kota Medan, menjadi pusat ekonomi dan
administrasi penting di wilayah Sumatera. Medan berkembang pesat sebagai kota
perdagangan dan pusat perkebunan, menarik banyak pekerja dari berbagai daerah di
Indonesia. Namun, pertumbuhan ekonomi ini tidak dinikmati secara merata oleh
masyarakat pribumi.
Sistem kerja paksa dan diskriminasi terhadap pekerja pribumi oleh pengusaha perkebunan dan pemerintah kolonial menimbulkan ketidakpuasan yang mendalam. Kehadiran Sarekat Islam di Sumatera Utara disambut dengan antusias oleh masyarakat yang merasa tertindas oleh sistem kolonial. Organisasi ini menawarkan harapan baru bagi rakyat pribumi untuk
memperjuangkan hak-hak mereka melalui jalur organisasi yang terstruktur.
Sarekat Islam di Medan mulai aktif menggalang kekuatan dengan membuka
cabang-cabang di berbagai daerah dan mengadakan pertemuan-pertemuan besar.
Pertemuan-pertemuan ini tidak hanya membahas masalah ekonomi, tetapi juga isu-isu
sosial dan politik yang dihadapi masyarakat pribumi. Selain itu, Sarekat Islam di
Sumatera Utara memainkan peran penting dalam bidang pendidikan. Mereka
mendirikan sekolah-sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan literasi dan
kesadaran politik di kalangan masyarakat pribumi. Pendidikan menjadi alat penting
untuk membangkitkan semangat nasionalisme dan kesadaran akan hak-hak mereka
sebagai warga negara yang setara. Melalui pendidikan, SI berusaha membangun
kader-kader yang memiliki pemahaman yang kuat tentang pentingnya persatuan dan
perjuangan melawan penjajahan.
Tidak hanya berfokus pada masalah ekonomi dan pendidikan, SI di Sumatera
Utara juga aktif dalam berbagai aksi protes dan demonstrasi. Mereka memobilisasi
massa untuk menentang kebijakan-kebijakan kolonial yang merugikan rakyat
pribumi. Misalnya, protes terhadap pajak yang memberatkan, kebijakan kerja paksa,
dan berbagai bentuk eksploitasi lainnya. Aksi-aksi ini sering kali dihadiri oleh ribuan
orang, menunjukkan tingginya dukungan dan kepercayaan masyarakat terhadap SI.
Namun, perjuangan Sarekat Islam di Sumatera Utara tidaklah mudah. Mereka harus
menghadapi berbagai tantangan, termasuk tekanan dari pemerintah kolonial yang
berusaha memecah belah dan melemahkan organisasi ini. Pemerintah kolonial
menggunakan berbagai cara, seperti penangkapan pemimpin-pemimpin SI dan
penyebaran propaganda anti-SI, untuk meredam pengaruh organisasi ini. Selain itu,
persaingan internal antar faksi dalam tubuh SI juga menjadi hambatan dalam
menjalankan program-program organisasi.
Metode Penelitian
Penelitian mengenai Sarekat Islam di Sumatera Utara pada tahun 1918-1940
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis.
Pendekatan ini dipilih untuk memahami secara mendalam dinamika sosial, politik,
dan ekonomi yang mempengaruhi perkembangan Sarekat Islam di wilayah tersebut
pada periode tersebut. Penelitian historis memungkinkan peneliti untuk
merekonstruksi peristiwa-peristiwa masa lalu berdasarkan sumber-sumber yang
tersedia, sehingga dapat memberikan gambaran yang komprehensif mengenai peran
dan pengaruh Sarekat Islam di Sumatera Utara.
Sumber utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen
arsip dan surat kabar yang diterbitkan pada periode 1918-1940. Arsip-arsip yang
relevan diakses dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan arsip daerah
Sumatera Utara. Dokumen-dokumen ini meliputi laporan pemerintah kolonial,
surat-surat resmi, dan catatan internal Sarekat Islam. Surat kabar lokal dan nasional
yang terbit pada periode tersebut juga menjadi sumber data penting. Misalnya, surat
kabar “Medan Prijaji” yang banyak memberitakan aktivitas Sarekat Islam di Sumatera
Utara, memberikan wawasan mengenai bagaimana organisasi ini berinteraksi dengan
masyarakat dan pemerintah kolonial. Artikel-artikel surat kabar ini digunakan untuk
menganalisis persepsi publik terhadap Sarekat Islam serta respon dari pihak-pihak
terkait.
Selain sumber primer, literatur sekunder seperti buku, jurnal, dan artikel ilmiah
yang membahas sejarah Sarekat Islam dan pergerakan nasional di Sumatera Utara
juga digunakan. Literatur sekunder membantu dalam memberikan konteks dan
analisis yang lebih mendalam mengenai peran Sarekat Islam dalam perkembangan
sosial dan politik di Sumatera Utara.
Hasil dan Pembahasan
A. Perkembangan Sarekat Islam di Sumatera Utara
Sarekat Islam didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun
1912 dengan tujuan awal melindungi pedagang pribumi dari dominasi
pedagang Tionghoa. Namun, di bawah kepemimpinan H.O.S. Tjokroaminoto,
SI berkembang menjadi organisasi yang lebih luas cakupannya, mencakup
bidang politik, sosial, dan ekonomi. Pada tahun 1918, SI mengalami
perubahan signifikan dengan terbentuknya cabang-cabang di berbagai wilayah
Indonesia, termasuk Sumatera Utara. Sarekat Islam mulai dikenal di Sumatera
Utara pada tahun 1918.
Cabang SI pertama di Sumatera Utara didirikan di Medan, yang
merupakan pusat administrasi dan ekonomi di wilayah tersebut.
Perkembangan SI di Sumatera Utara cukup pesat, terutama karena adanya
dukungan dari kalangan pedagang dan intelektual Muslim yang merasa
terpinggirkan oleh kekuatan kolonial dan kapitalisme asing.Dalam surat kabar
“Pewarta Deli” pada tahun 1920, disebutkan bahwa kegiatan SI di Medan
meliputi pengadaan rapat umum, pendidikan politik, dan pendirian koperasi.
SI juga berusaha mengurangi ketergantungan pedagang pribumi terhadap
kredit dari pedagang Tionghoa dengan mendirikan bank-bank syariah.
Pembentukan Sarekat Islam di Sumatera Utara pada tahun 1918
merupakan bagian dari ekspansi nasional organisasi ini yang bertujuan
memperjuangkan hak-hak ekonomi, sosial, dan politik masyarakat pribumi.
Melalui peran surat kabar seperti Pewarta Deli dan De Sumatra Post, informasi
tentang kegiatan SI menyebar luas, membantu konsolidasi dan mobilisasi
masyarakat lokal. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, SI cabang
Sumatera Utara berhasil memberikan kontribusi signifikan dalam
meningkatkan kesadaran politik dan kesejahteraan ekonomi masyarakat
setempat.
Pada awal pembentukannya, cabang SI di Sumatera Utara menghadapi
berbagai tantangan. Salah satunya adalah resistensi dari pemerintah kolonial
yang menganggap SI sebagai ancaman potensial terhadap stabilitas politik.
Selain itu, perbedaan latar belakang dan kepentingan di antara anggota SI juga
menimbulkan dinamika internal yang kompleks. Meskipun demikian, SI
cabang Sumatera Utara berhasil berkembang dan memainkan peran penting
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Mereka mendirikan koperasi
untuk membantu pedagang pribumi, mengorganisir pendidikan politik untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat, dan berpartisipasi dalam berbagai aksi
protes menentang kebijakan kolonial yang dianggap merugikan.
B. Peran Surat Kabar dalam Penyebaran Informasi
Surat kabar memainkan peran penting dalam penyebaran informasi dan
pembentukan opini publik pada masa pergerakan nasional, termasuk dalam hal
Sarekat Islam (SI) di Sumatera Utara. Pada periode 1918-1940, surat kabar
menjadi salah satu media utama yang digunakan untuk menyebarluaskan
gagasan, informasi, dan perkembangan terkait pergerakan SI. Pewarta Deli
adalah salah satu surat kabar yang berperan dalam menyebarkan informasi
tentang SI di Sumatera Utara. Surat kabar ini rutin melaporkan perkembangan
kegiatan SI, termasuk rapat umum, program pendidikan politik, dan inisiatif
ekonomi seperti pembentukan koperasi. Melalui artikel-artikelnya, Pewarta
Deli membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang
tujuan dan kegiatan SI, serta pentingnya keterlibatan dalam organisasi ini.
Pada edisi tahun 1920, Pewarta Deli memuat artikel tentang upaya SI
dalam mendirikan koperasi di Medan yang bertujuan untuk membantu
pedagang pribumi mengatasi persaingan dengan pedagang asing. Artikel ini
tidak hanya memberikan informasi tetapi juga mendorong partisipasi
masyarakat dalam kegiatan koperasi.
Surat kabar juga berfungsi sebagai alat mobilisasi dan konsolidasi bagi
anggota dan simpatisan SI. Melalui pemberitaan tentang jadwal rapat,
demonstrasi, dan acara-acara penting lainnya, surat kabar seperti De Sumatra
Post dan Bintang Timoer membantu mengorganisir dan menggerakkan massa.
Informasi tentang lokasi dan waktu kegiatan SI disebarluaskan secara luas
sehingga memudahkan koordinasi dan partisipasi anggota di berbagai daerah.
Pada tahun 1930, De Sumatra Post melaporkan tentang rapat besar SI di
Medan yang dihadiri oleh ribuan orang. Artikel ini memberikan detail tentang
agenda rapat dan isu-isu yang akan dibahas, yang pada gilirannya membantu
mobilisasi anggota untuk menghadiri dan berpartisipasi aktif.
Surat kabar memainkan peran penting dalam membentuk opini publik
terhadap pergerakan SI. Melalui editorial dan opini yang dipublikasikan, surat
kabar dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap SI dan tujuan
perjuangannya. Sikap surat kabar yang mendukung atau kritis terhadap SI
dapat mempengaruhi persepsi dan dukungan masyarakat. Melalui pemberitaan
yang kritis dan investigatif, surat kabar mengungkap berbagai masalah yang
dihadapi oleh rakyat, seperti eksploitasi ekonomi, ketidakadilan sosial, dan
pelanggaran hak asasi. Pemberitaan surat kabar juga berfungsi sebagai
dokumentasi dan arsip sejarah yang penting bagi penelitian masa depan.
Berbagai artikel, laporan, dan editorial yang diterbitkan oleh surat kabar
memberikan rekam jejak perkembangan SI dan pergerakan nasional di
Sumatera Utara. Dokumentasi ini menjadi sumber berharga bagi sejarawan
dan peneliti dalam memahami dinamika pergerakan SI dan konteks
sosial-politik pada masa itu.
Surat kabar memainkan peran yang sangat signifikan dalam penyebaran
informasi dan pembentukan opini publik tentang pergerakan Sarekat Islam di
Sumatera Utara pada periode 1918-1940. Melalui fungsi sebagai media
informasi, alat mobilisasi, pembentuk opini, penyampai aspirasi, dan
dokumentasi sejarah, surat kabar berkontribusi besar dalam mendukung
perjuangan SI dan meningkatkan kesadaran serta partisipasi masyarakat. Peran
ini menjadikan surat kabar sebagai salah satu pilar penting dalam pergerakan
nasional Indonesia, khususnya di wilayah Sumatera Utara.
C. Dampak dan Warisan Sarekat Islam di Sumatera Utara
Memasuki dekade 1930-an, SI mengalami revitalisasi di bawah
kepemimpinan tokoh-tokoh muda yang lebih pragmatis. SI cabang Sumatera
Utara mulai fokus pada kegiatan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi.
Mereka mendirikan sekolah-sekolah, kursus keterampilan, dan
koperasi-koperasi yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Dalam surat kabar “Pemandangan” pada tahun 1938, dilaporkan bahwa SI
cabang Medan aktif dalam mengorganisir demonstrasi menentang kebijakan
kolonial yang memberatkan rakyat. SI juga menjalin kerjasama dengan
organisasi pergerakan lainnya seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) dan
Muhammadiyah untuk memperkuat perjuangan kemerdekaan.
Masa-masa ini ditandai dengan adanya perpecahan dalam tubuh SI.
Salah satu faktor yang menyebabkan perpecahan ini adalah perbedaan
pandangan antara SI Putih yang lebih moderat dan SI Merah yang lebih
radikal. SI Merah yang dipengaruhi oleh ideologi komunis mencoba menarik
dukungan dari kaum buruh dan tani dengan menawarkan solusi radikal
terhadap masalah sosial-ekonomi yang dihadapi rakyat. Surat kabar “Bintang
Timoer” tahun 1930 melaporkan tentang konflik internal di SI cabang Medan
yang berujung pada pemecatan beberapa anggota yang dianggap terlalu
radikal. Pemerintah kolonial juga memanfaatkan perpecahan ini dengan
menekan aktivitas SI dan menangkap tokoh-tokohnya.
Kepemimpinan SI di Sumatera Utara pada awalnya didominasi oleh
kalangan pedagang dan ulama. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul
tokoh-tokoh muda dengan latar belakang pendidikan modern yang membawa
angin segar dalam organisasi. Pergeseran kepemimpinan ini seringkali
menimbulkan ketegangan antara generasi lama dan baru, terutama dalam hal
strategi perjuangan dan metode organisasi. Perempuan juga memainkan peran
penting dalam SI, meskipun seringkali tidak mendapat sorotan yang cukup.
Mereka terlibat dalam kegiatan pendidikan, kesehatan, dan sosial. Pada tahun
1935, surat kabar “De Sumatra Post” melaporkan tentang kongres perempuan
SI di Medan yang membahas isu-isu kesejahteraan perempuan dan anak-anak.
Pemerintah kolonial Belanda melihat SI sebagai ancaman potensial
terhadap stabilitas kolonial. Oleh karena itu, mereka menerapkan berbagai
upaya untuk melemahkan SI, termasuk penangkapan dan penahanan
tokoh-tokohnya, pengawasan ketat terhadap kegiatan organisasi, dan upaya
adu domba antar kelompok dalam SI.
Salah satu warisan penting SI di Sumatera Utara adalah peningkatan
kesadaran politik di kalangan rakyat. Kegiatan pendidikan dan kursus-kursus
politik yang diadakan SI telah melahirkan banyak kader yang kemudian
berperan aktif dalam perjuangan kemerdekaan. Surat kabar “Sinar Deli” tahun
1939 mencatat tentang lulusan kursus politik SI yang menjadi tokoh penting
dalam pergerakan kemerdekaan di Sumatera Utara. Pendirian koperasi oleh SI
membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggotanya dan mengurangi
ketergantungan pada kreditur asing. Koperasi ini tidak hanya menyediakan
pinjaman dengan bunga rendah tetapi juga menjadi tempat untuk belajar
tentang manajemen keuangan dan usaha. SI berhasil membangun jaringan
sosial yang kuat di antara anggotanya. Solidaritas ini terlihat dalam berbagai
kegiatan sosial seperti bantuan kemanusiaan saat terjadi bencana alam atau
pengumpulan dana untuk keperluan perjuangan kemerdekaan. Dalam “De
Sumatra Post” tahun 1940, terdapat laporan tentang penggalangan dana oleh
SI cabang Medan untuk membantu korban banjir di wilayah Sumatera Timur.
Simpulan
Sarekat Islam (SI) di Sumatera Utara pada periode 1918-1940, dengan
menggunakan sumber-sumber dari koran Medan Prijaji, memberikan wawasan yang
mendalam mengenai dinamika sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi pada masa itu.
Kontribusi SI dalam memperjuangkan hak-hak rakyat pribumi di Sumatera Utara
memberikan inspirasi besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan
mengangkat isu-isu ketidakadilan sosial dan ekonomi, SI berhasil membangkitkan
semangat nasionalisme dan perlawanan di kalangan masyarakat. Sarekat Islam di
Sumatera Utara memainkan peran strategis dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Organisasi ini menjadi wadah penting bagi masyarakat pribumi untuk
mengorganisir diri dan menyuarakan aspirasi mereka terhadap ketidakadilan dan
penindasan kolonial. SI berhasil membangun jaringan yang kuat di berbagai daerah,
khususnya di kota-kota besar seperti Medan, sehingga mampu menggalang dukungan
luas dari berbagai lapisan masyarakat.
Artikel-artikel di Medan Prijaji menunjukkan bagaimana SI menjadi pilar
penting dalam sejarah pergerakan nasional di Indonesia. Kontribusi SI dalam
memperjuangkan hak-hak rakyat pribumi di Sumatera Utara memberikan inspirasi
besar bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dengan mengangkat isu-isu
ketidakadilan sosial dan ekonomi, SI berhasil membangkitkan semangat nasionalisme
dan perlawanan di kalangan masyarakat. Artikel-artikel di Medan Prijaji
menunjukkan bagaimana SI menjadi pilar penting dalam sejarah pergerakan nasional
di Indonesia.
Referensi
Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c.1200. Stanford
University Press.
Shiraishi, Takashi. (1990). An Age in Motion: Popular Radicalism in Java,
1912-1926. Cornell University Press.
Abdullah, Taufik. (1971). Schools and Politics: The Kaum Muda Movement in West
Sumatra (1927-1933). Cornell Modern Indonesia Project.
Kartodirdjo, Sartono. (1978). The Peasants’ Revolt of Banten in 1888: Its Conditions,
Course and Sequel. Springer.
Anderson, B.R.O.G. (1972). “Java in a Time of Revolution: Occupation and
Resistance, 1944-1946.” Cornell University Press.
Suryomenggolo, Jafar. (2013). “Organising under the Revolution: Unions and the
State in Java, 1945–48.” NUS Press.
Pewarta Deli (1920). Artikel tentang perkembangan SI di Sumatera Utara.
De Sumatra Post (1930). Laporan tentang dinamika internal dan aktivitas SI.
Bintang Timoer (1935). Berita tentang konflik internal dalam tubuh SI.
Pemandangan (1938). Artikel mengenai kegiatan pendidikan dan demonstrasi yang
diorganisir oleh SI.
Sinar Deli (1939). Laporan tentang lulusan kursus politik SI yang menjadi tokoh
pergerakan kemerdekaan.