CendraVico alias Cendrawasih Virgin Coconut Oil di areal Pameran Produk UMKM dalam rangka Sail Teluk Cendrawasih 2023 di areal seluas 3 ha di kampung Samau Distrik Biak Kota, Kabupaten Biak Numfor menjadi salah satu stand yang digemari pengunjung.

Cendravico yang bahan bakunya dari kelapa, selama ini belum dilirik sebagai produk yang secara ekonomis mendatangkan keuntungan bagai para petani kelapa. Kebanyakan petani kelapa lebih condong pada produk kopra yang dikeringkan dan dijual dengan harga murah.

Tokoh di Balik Produk Cendravico

“Kala itu kondisi Papua kurang kondusif. Transisi kepemimpinan dari Presiden Soeharto ke Habibie di tahun 1998 dan perjuangan para tokoh Papua untuk memisahkan diri dari NKRI yang pada akhirnya oleh Pemerintah UU Nomor 21 Tahun 2001 menjadi solusi bagi rakyat Papua, sebuah langkah negara yang sangat solutif bagi kondisi di Papua,” demikian cerita Ir. Lusia Sampe Kanan, M.P mengawali perjumpaan dengan Suara Anak Negeri.

Katanya, “Yayasan Santa Lusia di awal tahun 2000 diundang ke Jogjakarata mengikuti pelatihan minyak kelapa murni dari sebuah NGO lokal. Saya diutus dan didanai oleh LSM Santa Lusia mengikuti kegiatan selama seminggu, dan ketika itu saya bertekad memulai di Biak karena manfaat dari minyak kelapa murni bagi kesehatan begitu besar. Ketika saya pulang ke Biak, saya menceritakan kepada Ir. Tukimin selaku Kepala Dinas Perkebunan dan mendapatan respon postif untuk dimasyarakatkan melalui intervensi program pemerntah daerah”.

Perhatian Pemerintah Kabupaten Biak Numfor dan Supiori

“Ir. Tukimin selaku Kepala Dinas memulai dengan program pelatihan di desa-desa mulai dari Biak Kota, Biak timur, Biak Utara, Biak Barat, Numfor bahkan Supiori Utara dan Seatan. Awal tahun 2000-an supiori belum menjadi kabupaten sendiri pisah dari Biak,” pungkas Lusi sapaan akrabnya.

Ibu dari Maria Antonia Ada’ Laratmase ini mengisahkan, “Pemberlakuan UU No 34 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah, Bupati Yusuf Melianus Maryen ketika itu menganjurkan program public awareness bagi masyarakat petani kelapa semakin diperlebar bukan hanya melalui Dinas Perkebunan, tetapi integrasi program baik melalui Dinas Kehutanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Koperasi”.

“intensifikasi dan ekstensifikasi produk kelapa bukan hanya pada produk minyak kelapa murni, tetapi mulai melebar pada produk minyak goreng dari buah kelapa. LSM Santa Lusia mengutus saya ke Jogja untuk belajar bagaimana memproduksi minyak goreng dari kelapa yang berkualitas. Harus diakui bahwa tanpa pemerintah daerah, hasil pelatihan baik minyak kelapa murni dan minyak goreng dari kelapa tidak berkembang sepesat ini. Sekarang dua produk ini telah diminati bukan saja para petani kelapa di Kabupaten Biak Numfor, tetapi di Supiori bahkan seluruh Tanah Papua, telah menjadi trend karena manfaat ekonomi telah dirasakan para petani kelapa.

Terima kasih kepada Bapak Bupati Biak Numfor, Bapak Bupati  Supiori, Kepala Dinas Perkebunan, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Kehutanan, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Kepala Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah baik dari Kabupaten Biak Numfor dan Supiori atas kerjasama yang intens, pada akhirnya para petani kini merasakan manfaat dari kerja keras semua pihak yang tidak saya sebutkan satu per satu. Tidak terlupakan LSM Santa Lusia yang mengawali semuanya saya ucapkan terima kasih” tegas Ir. Lusia.

 

Tim Suara Anak Negeri