Kabupaten Biak Numfor merupakan kabupaten tertua di wilayah Teluk Cendrawasih provinsi Papua. Secara geografis terletak antara 010 02’26” – 010 17’01” LS dan 1360 06’31” – 136029’51” BT memiliki luas kawasan 24.910 Ha.
Setelah “Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian meresmikan Tiga Daerah Otonomi Baru (DOB) pada tanggal 11 November 2023, berdasarkan UU Nomor 14/2022, UU Nomor 15/2022 dan UU Nomor 16/2022 sekaligus pelantikan Penjabat Gubernur berdasarkan Kepres No 115/P Tahun 2022 tanggal 10 November 2022.
Demikian halnya ketika UU No. 29/2022 tentang Pembentukan Provinsi Papua Barat Daya, Kabupaten Biak Numfor tetap menjadi bagian dari provinsi induk yaitu Provinsi Papua.
Bahasa Biyak adalah Identitas Manusia Biyak
Antropolog Papua yang juga berasal dari suku Biyak, Dr. J. Mansoben (2001: 58) mengatakan, “Di mana pun hidup dan tinggal, setelah bermigrasi dari pulau Biyak tidak pernah melupakan bahasa Biyak sebagai bahasa ibu”.
Tiga puluh tahun hidup dan tinggal di Biyak, belum bisa berbahasa Biyak. Namun dalam interaksi sosial, bisa membedakan bahasa Biyak dengan bahasa suku-suku lain di Papua. Hampir seluruh pelosok Papua telah ditelusuri, ternyata apa yang ditulis Dr. J. Mansoben, Antropolog Suku Biyak terbukti.
Bahasa sebagai simbol interaksi sosial dijadikan identitas diri yang membuktikan bahwa mereka adalah mambri di daerah orang, tanpa terkikis dengan budaya orang lain. Demikian essensi antropologis manusia Biyak pada eksistensi dirinya sebagai “Mambri” yang dipahami sebagai kehadirannya membawa kesejukan bagi saudaranya, saudara perempuannya, familinya sesukunya bahkan relasi sosial yang heterogen di mana saja mereka hidup/ tinggal.
Demikian, Joseph Daud Korwa, SH, Mananwir Keret Korwa mengatakan, “Sepanjang pesisir pantai pulau Papua, di mana ada perkampungan hampir pasti di situ ada orang Biyak sampai di Morotai, Ternate, Kepulauan Palau, Honolulu, wilayah Pasifik terdapat marga (faam) orang Biyak. Mereka adalah para “Mambri” keret, kampung yang pemberani melalangbuana dengan perahu wairon, mansusu, manjur demi “Koreri” sebuah ideologi eskatologis yang membawa berkah bagi diri, keret, kampung bahkan Orang Biyak di mana saja, karena memang mereka adalah “Para Mambri”.
Paulus Laratmase