Refleksi F.X. Mote
–
Minggu Palma menandai awal Pekan Suci dengan peristiwa Yesus memasuki Yerusalem dalam kemuliaan. Rakyat menyambut-Nya dengan daun palma dan sorak-sorai, penuh harapan bahwa Ia adalah Mesias yang akan membebaskan mereka dari penindasan. Namun, harapan manusia sering kali tak sejalan dengan rencana Allah. Dalam beberapa hari, sorak-sorai berubah menjadi teriakan penolakan—Yesus disalibkan, bukan dimahkotai.
Kontras ini mengajak kita merenungkan sikap iman kita. Apakah kita menyambut Yesus dengan hati yang tulus, atau hanya berharap pada berkat-Nya semata? Kedatangan-Nya ke Yerusalem adalah undangan untuk mengikuti jejak-Nya—menghadapi tantangan dan penderitaan dengan iman, bukan lari dari salib kehidupan.
Salib bukan semata lambang penderitaan, tetapi juga kasih dan pengorbanan. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan sehari-hari, mengasihi dan melayani meskipun dalam kesulitan. Pertobatan dan refleksi pribadi menjadi langkah penting menjelang Paskah, agar hati kita benar-benar siap menyambut kebangkitan Kristus.
Paskah adalah momen pembaruan iman. Kita diajak membuka hati bagi kasih dan rahmat Tuhan, dan memperbarui komitmen untuk hidup dalam kasih-Nya. Seperti Yesus yang tidak mundur menghadapi salib, kita pun diajak untuk tetap teguh dalam iman, percaya bahwa di balik penderitaan, ada kemenangan dan kehidupan baru dalam Kristus.