Oleh ; Alex Runggeary

Pada suatu waktu, PT Trakindo Utama mengorder puluhan unit alat berat dari dozer sampai forklift dari luar negeri. Semua unit itu tiba dengan aman di Jakarta. Namun situasinya menjadi rumit karena petugas bea cukai meminta tambahan pembayaran, selain bea resmi yang telah dibayarkan. Uang sogok. Bagi kebanyakan orang kebiasaan membayar sogok ada hal biasa. Tapi tidak bagi pak Met Hamami, pemilik PT Trakindo Utama, agen tunggal Cartepillar, perusahaan alat berat nomor #1 dunia.

Setelah dua minggu unit – unit alat berar itu diperkirakan di pelabuhan tanpa bisa bergerak kemana – mana, kecuali membayar bea tak resmi yang ditunggu petugas. Petugas Trakindo sendiri pada bingung. Bagaimana jalan keluarnya, kecuali menambah biaya sogok.

Ketika petugas itu menghadap pak Met dan mengutarakan masalah yang sedang dihadapi, pak Met memerintahkan didatangkan lagi jumlah alat berat yang sama. Akhirnya pelabuhan penuh dengan alat berat. Kelancaran pekerjaan di pelabuhan terlambat karena dipenuhi alat berat. Dengan gusar petugas pelabuhan memerintahkan kepada pemilik alat berat itu segera mengesankan area pelabuhan. Alat berat itu akhirnya dikeluarkan tanpa harus membayar uang ekstra yang tak perlu.

Never Cut Corners – patuhilah segala aturan yang ada tanpa harus potong kompas. Pepatah ini lebih familiar di Inggris dari pada tempat lain. Melalui proses peradaban yang panjang mereka menanamkan nilai luhur dari generasi ke generasi. Dan dipraktekkan. Menjadi kepribadian. Bukan hanya dipidatokan pejabat seperti kebanyakan bangsa lain.Saya jadi teringat kasus MKNo.90 dan Peringatan Terakhir dari Bawaslu kepada Ketua KPU. Ini adalah jenis – cut corners.

By the way, pak Met Hamami adalah anggota Penerbang Angkatan Laut pertama yang bersekolah ke Inggris awal 1950an. Setelah pendidikan penerbangan ia bersama teman – temannya pulang ke tanah air. Mereka membangun Bandara Juanda. Diperlukan banyak alat berat untuk membangunnya. Termasuk alat berat Cartepillar. Pak Met melihat peluang bisnis menjadi agen Cartepiilar. Sejak itulah PT Trakindo Utama lahir. Sampai hari ini Trakindo adalah perusahaan keluarga. Tidak pernah go publik.

Hari ini PT Trakindo Utama telah berkembang besar dan luas dengan berbagai – sister companies. Salah satunya menjadi agen- Iveco – yang secara cantik mengambil pasar angkutan di PT Freeport Indonesia- Western Star.

Ketika hendak meninggalkan – legacy – sebaiknya membangunnya di atas nilai – nilai yang solid. Hasilnya akan terbukti sendiri dan bertahan tertempa waktu. Tanpa harus menjual madu.
——
Yogyakarta, 20 Maret 2024