Parade budaya suku-suku anak bangsa yang dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2023 dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang ke 78 memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan dengan parade budaya yang dilakukan oleh para siswa SMA pada tanggal 10 Agustus 2023 pada momentum yang sama.

Suara Anak Negeri tidak hanya melihat suasana kemeriahan atau ekspresi sukacita yang ditampilkan pada ekpresi orang dewasa dalam menampilkan kekhasan budayanya masing-masing, melainkan sejauh mana nilai edukasi pada corak tampil sebagai ekpresi civilization manusia Indonesia pada tataran edukasi nilai bagi sebuah generasi yang bisa saja terbersit dalam ingatan tanpa essensi pemaknaan budayanya sendiri.

Orang dewasa dan kebudayaan

Momentum tanggal 8 Agustus, sepanjang jalan Yosudarso, Muhammad Yamin, Imam Bonjol sampai Gelanggang Remaja sebuah pemandangan parade masyarakat adat nusantara dari Aceh sampai Papua, wajah tampilan dengan corak khas sebuah peradaban kebudayaan ditampilkan sampai pada panggung kehormatan.

Corak ekspresi sukacita, bahwa tidak terasa kemerdekaan itu telah dilalui selama 78 tahun, durasi waktu yang menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia di tengah-tengah kemajuan arus globalisasi dan teknologi.

Ekspresi itu menjadi wujud dalam corak tampilan semua suku yang mau menunjukkan kepada seluruh rakyat Biak Numfor, bahwa ternyata di kabupaten Biak Numfor, hadir juga pembauran suku-suku yang menggambarkan heterogenitas manusia Indonesia yang hidup dan tinggal bersama di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua yang adalah Indonesia.

Kebudayaan yang dipahami sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta manusia atau masyarakat setiap suku ditampilkan dalam sebuah harmoni kebersamaan dalam merangkai dan menjaga kebhinekaan pada Festival Harmoni Biak Numfor menuju puncak Sail Teluk Cendrawasih November 2023 tanpa mengabaikan momentum Hari Kemerdekaan RI ke-78.

Generasi milenial dan kebudayaan

Tidak dipungkiri bahwa kebudayaan selalu berubah sesuai dengan perubahan manusia dalam masyarakat, walaupun kadang-kadang masyarakat tidak menyadarinya. Pemerintah sadar dengan benar, bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bisa mengikis rasa cinta pada kebudayaan yang menjadi ciri khas semua suku yang ada di Indonesia, Papua bahkan Biak Numfor.

Proses internalisasi cinta budaya, lalu diberi corak khas dalam setiap even sebagai bagian dari edukasi mencintai budayanya sendiri, yang salah satunya dilakukan parade budaya mulai dari tingkat TK/ Paud, SD, SMP, SMA/ SMK sampai perguruan tinggi di kabupaten Biak Numfor.

Fenomena yang tampak, jika ayahnya berasal dari suku Maluku, akan ditampilkan pakaian adat khasa maluku, jika ibunya berasal dari Papua, ia akan tampil dengan kekhasan papua sebagai perpaduan dua budaya tanpa meninggalkan keaslian budaya.

Mari kita simak, setiap kali anak-anak menampilkan identitasnya, terdapat keragaman yang suka atau tidak harus dilihat sebagai perubahan perilaku terhadap cintanya pada budayanya. Demikian kebudayaan pada cita, rasa dan karya, ingin ditampilkan dalam identitas melenialnya.

Seorang petera Batak tampil dengan memakai pakaian khas Papua, suku Biak. Mengapa? Jawabnya ia merasa bahwa Papua, Biak adalah Indonesia, suku Biak adalah bagian dari “milik ke-Indonesiaannya” tanpa ragu ia membaur dalam sukacita, sebuah ekpresi kultural fenomenal ke-Indonesiaan manusia Indonesia.

Harmoni Kebudayaan dalam Kebhinekaan

Generasi milenial dalam ekpresi kegembiraannya, tidak merasa bahwa tampil dengan ciri khas kebudayaan orang lain adalah pemali. Pemali dipahami sebagai sebuah larangan, karena jika dilakukan maka sanksi diterima baik itu sanksi sosial, sanksi lain yang tanpa disadari berdampak pada penyimpangan sebuah subtansi kebudayaan orang lain.

Hal penting yang harus dilihat di sini, adalah rasa ke-Indonesiaan sudah begitu merasuk pada cinta semua ciri khas kultur yang tidak diragukan lagi yang diklaim sebagai bagian integral dari kemanusiaan Indonesia. Semua berjalan beriringan sedemikian rupa sehingga kebhinekaan kultur dialami sebagai sebuah harmoni hidup dalam keberagaman relasi sosial seluruh masyarakat Biak Numfor tanpa keraguan adanya klaim hak pada budaya tertetu.

Demikian defersivitas budaya tidak dirasa milik sendiri, namun Ke-Indonesiaan memampukan subjek pengambil keputusan, sebagai kohesifitas kultural dalam keberagaman harmoni hidup di Biak Numfor, Papua, Indonesia.

Selamat Ulang Tahun Indonesia Yang ke 78, Jayalah Negeriku, Makmur Bangsaku, Cintalah Budaya semua suku sebagai sebuah karunia Tuhan dalam harmoni kebhinekaan.

 

Paulus Laratmase

 

Koleksi foto setiap budaya, klik link di bawah ini …

https://drive.google.com/drive/u/1/my-drive

Video pertunjukan, klink link di bawah ini ….

https://youtu.be/fkoy5sgqGjk

https://youtu.be/COebM_Kg2Zk

https://www.youtube.com/watch?v=AtXzKoeIBpQ