Kesesatan berpikir dalam kehidupan sosial mengacu pada perubahan atau penyimpangan dalam cara individu atau kelompok memproses informasi, membentuk pandangan, dan mengambil keputusan pada konteks sosial. Fenomena ini mempunyai implikasi yang signifikan terhadap banyak aspek kehidupan sosial, termasuk interaksi antar individu, pengambilan keputusan kolektif, serta dinamika dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Kesesatan berpikir diartikan sebagai berikut : (1) kesalahan berpikir dalam menghasilkan pemahaman baru tidak berdasarkan informasi yang ada atau data yang dikumpulkan menyangkut fakta, konsep dan prosedural; (2) kesesatan berpikir yang terbentuk dari pandangan dan persepsi yang salah terhadap fakta, konsep dan procedural; (3) kesalahan berpikir merupakan pengambilan keputusan yang tidak rasional atau tidak efektif berdasarkan pada fakta, konsep dan prosedural.

A. Cara berpikir seseorang dikatakan sesat berpikir

Kita dapat mengatakan bahwa cara berpikir seseorang dapat digolongkan sebagai sesat berpikir. Kesesatan berpikir mengacu pada distorsi, kesalahan, atau anomali dalam cara seseorang memproses informasi, membentuk pandangan, atau mengambil keputusan. Contoh sesat berpikir  meliputi: (1) Ketika seseorang membentuk opini tentang seseorang atau kelompok berdasarkan stereotip atau prasangka, tanpa mempertimbangkan informasi atau fakta yang relevan, hal ini dapat dianggap sebagai kekeliruan; (2) Kesalahan biner (hitam putih) ini terjadi ketika seseorang memandang dunia dalam kategori yang sangat sederhana tanpa mempertimbangkan nuansa dan kompleksitas situasi; (3) Kekeliruan terjadi ketika seseorang secara sengaja atau tidak sengaja memanipulasi informasi untuk mendukung pandangan atau tujuan tertentu, terlepas dari kebenaran atau keakuratan informasi tersebut; (4) Jika seseorang acuh tak acuh terhadap isu-isu penting atau tidak berpikir kritis tentang isu-isu sosial, hal ini dianggap salah; (5) Jika seseorang tidak memiliki keterampilan berpikir kritis yang memadai untuk menganalisis informasi secara obyektif dan rasional, gagasannya dapat digolongkan sesat.

B. Apa itu Kesesatan Berpikir Keilmuan ?

Pemikiran ilmiah yang sesat mengacu pada distorsi atau kesalahan dalam cara seseorang memahami, menganalisis, dan mengatur informasi dalam konteks ilmiah atau akademis. Ini adalah pendekatan yang salah, anomali logika, atau penggunaan metode yang tidak tepat dalam proses berpikir. Berikut contoh penalaran ilmiah yang salah: (1) kekeliruan post hoc (kekeliruan kausalitas yang tidak logis): peristiwa pertama menyebabkan peristiwa kedua karena peristiwa lain terjadi setelahnya, terjadi ketika seseorang menyimpulkan bahwa peristiwa itu adalah penyebabnya. Misalnya saja hujan turun setelah seseorang mencuci mobilnya, maka mencuci mobil menyebabkan hujan; (2) korelasi tidak berarti sebab akibat: kesalahan ini terjadi ketika kita menyimpulkan bahwa ada hubungan sebab akibat hanya karena dua variabel berhubungan secara statistik. Misalnya, peningkatan konsumsi es krim secara statistik berkorelasi dengan peningkatan tingkat kejahatan, dan es krim menyebabkan kejahatan. (3) cherrypicking (pemilihan data secara selektif): hal ini terjadi ketika seseorang hanya menggunakan data atau informasi yang mendukung klaimnya, sambil mengabaikan atau tidak mempertimbangkan data yang bertentangan. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman topik yang tidak obyektif. (4) argumentum ad ignorantiam (argumen dari ketidaktahuan): kesalahan ini terjadi ketika seseorang menyatakan sesuatu itu benar karena tidak ada bukti bahwa itu salah, atau sebaliknya. Misalnya alien pasti ada karena tidak ada bukti sebaliknya; (5) klaim tidak berdasar: kesalahan ini terjadi ketika seseorang membuat pernyataan atau klaim tanpa dasar atau bukti yang cukup. Klaim seperti itu tidak dianggap sebagai argumen ilmiah yang valid. (6) penyederhanaan yang berlebihan: hal ini terjadi ketika seseorang menyederhanakan isu atau topik yang kompleks menjadi penjelasan yang terlalu sederhana tanpa mempertimbangkan nuansa dan kompleksitas yang sebenarnya; (7) pemikiran konspirasi: kesalahan ini terjadi ketika seseorang mengaitkan peristiwa kompleks dengan konspirasi tanpa bukti yang cukup. Teori konspirasi mengabaikan fakta dan dapat menimbulkan interpretasi yang tidak ilmiah. Pemikiran ilmiah yang salah arah dapat merugikan pengembangan pengetahuan dan pemahaman yang akurat tentang dunia. Oleh karena itu, dalam konteks sains, sosial dan Pendidikan Kewarganegaraan penting untuk menerapkan logika, metodologi, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang benar untuk menjamin keberlanjutan dan integritas penelitian dan pemikiran ilmiah.

C. Kesesatan Berpikir dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan

Dari perspektif Pendidikan Kewarganegaraan, kesalahan berpikir mengacu pada distorsi atau kepalsuan dalam cara individu memproses informasi, membentuk opini, dan mengambil keputusan terkait isu kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang kelak akan berpartisipasi dalam Pembangunan nasional, namun pemikiran yang menyesatkan dapat menjadi kendala dalam mencapai tujuan tersebut. Berikut ini contoh kesalahan penalaran yang berkaitan dengan Pendidikan Kewarganegaraan:

  1. Kesalahan penalaran adalah ketika seseorang membentuk suatu pandangan berdasarkan stereotip atau prasangka terhadap suatu kelompok tertentu dalam masyarakat, hal ini dapat terjadi pada saat mengambil keputusan atau pengambilan keputusan. Hal ini dapat mempersulit pemahaman yang akurat tentang keberagaman masyarakat.
  2. Masyarakat bisa terjebak dalam pemikiran dualistik, atau pemikiran hitam-putih, yang mengabaikan kompleksitas permasalahan sosial dan melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang yang sangat sederhana. Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan sikap siswa dalam memahami nuansa dan kompleksitas permasalahan hukum, sosial dan politik.
  3. Misinformasi terkait manipulasi informasi dapat terjadi ketika seseorang menerima atau menyebarkan informasi yang tidak akurat atau bias. Pendidikan Kewarganegaraan harus mencakup pengembangan keterampilan analitis untuk mengidentifikasi informasi yang dapat diandalkan dan menganalisis argumen secara kritis.
  4. Jika seseorang tidak peduli dengan isu-isu sosial atau tidak berpartisipasi dalam proses demokrasi, hal ini dapat dianggap sebagai suatu kekeliruan. Pendidikan Kewarganegaraan harus meningkatkan kesadaran dan motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
  5. Kesalahan dapat mengarah pada fanatisme dan ekstremisme ketika individu atau kelompok menganut pandangan dogmatis dan menolak dialog dan pemikiran kritis. Pendidikan Kewarganegaraan harus meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan mendengarkan pendapat yang berbeda.

Penting untuk dicatat bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya tentang memberikan pengetahuan tentang struktur hukum, politik dan sejarah suatu negara, tetapi juga tentang mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan bertindak seperti : sikap empati dan tanggung jawab sosial.

Dengan demikian, Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengatasi dan mencegah kesalahpahaman yang tidak berdasarkan pada fakta, data dan konsep yang benar sehingga warga negara dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

D. Bagaimana menilai cara berpikir seseorang itu sesat berpikir ?

Menentukan apakah gagasan seseorang dianggap sesat berpikir memerlukan analisis tentang bagaimana orang tersebut memproses informasi, membentuk pandangan, dan mengambil keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan indikator dan karakteristik tertentu.

Berikut pertimbangan untuk menilai apakah gagasan seseorang sesat:

  1. Apakah seseorang sudah cukup mempertimbangkan informasinya atau sudah Pertimbangkan apakah Anda hanya memilih informasi pendukung saja. Kesalahan penalaran seringkali terjadi ketika seseorang memanipulasi atau mengabaikan fakta yang tidak sesuai dengan pendapatnya.
  2. Memeriksa kemampuan menganalisis dan mengevaluasi Orang yang mampu melakukan analisis kritis dan evaluasi objektif cenderung memiliki pola pikir yang lebih sehat.
  3. Perhatikan apakah Anda seorang pemikir yang fleksibel atau apakah Anda cenderung melihat dunia secara hitam dan Pemikiran fleksibel memungkinkan Anda mempertimbangkan nuansa dan kompleksitas suatu situasi.
  4. Jika seseorang menganut ideologi ekstrem atau fanatik, ini mungkin mengindikasikan pemikiran Berpikir kritis dan toleran terhadap perbedaan pendapat merupakan tanda berpikir sehat.
  5. Orang yang terbuka untuk menerima dan mempertimbangkan informasi baru dan sudut pandang berbeda cenderung memiliki pola pikir yang sehat dibandingkan mereka yang tertutup terhadap
  6. Memastikan apakah masyarakat cenderung mengikuti arus utama tanpa secara kritis mempertimbangkan informasi atau pandangan Berpikir adaptif dapat menunjukkan kurangnya pemikiran mandiri.
  7. Apakah pemikiran seseorang mempertimbangkan pertimbangan etis dan moral? Ketika seseorang mengabaikan atau melanggar prinsip etika yang mendasari pemikiran atau tindakannya, kesalahan penalaran dapat
  8. Perhatikan apakah seseorang menunjukkan ketidakpedulian terhadap isu-isu penting Kegagalan berpikir kritis terhadap permasalahan seperti ini dapat dianggap sebagai kesalahan dalam penalaran.

Penting untuk diingat bahwa menentukan sesuatu sebagai “sesat” bersifat subyektif dan bergantung pada konteks. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor dan tidak mengambil keputusan secara terburu-buru dan sepihak. Saat mengevaluasi pemikiran masyarakat, penting untuk mengenali keragaman perspektif dan konteks.

E. Faktor-Faktor penyebab berpikir sesat ?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemikiran seseorang dianggap berpikir divergen. Beberapa faktor tersebut antara lain distorsi dan kelainan dalam proses berpikir dan pemrosesan informasi. Berikut adalah beberapa faktor yang sering dikaitkan dengan sesat berpikir :

  1. Stigma atau stereotip sosial terhadap suatu kelompok tertentu memengaruhi cara seseorang memandang orang atau kelompok tersebut. Anda mungkin saja demikian. Jika seseorang mendasarkan pendapatnya pada stereotip dan bukan fakta, maka itu bisa dianggap salah.
  2. Memandang dunia dalam istilah biner (hitam putih) tanpa mempertimbangkan nuansa dan kompleksitas situasi dapat menyebabkan kesalahan dalam berpikir. Pandangan yang ekstrem dan tidak fleksibel sering kali merupakan tanda pemikiran hitam-putih.
  3. Sengaja memanipulasi informasi atau menyajikan fakta secara tidak akurat untuk mendukung pandangan tertentu merupakan suatu bentuk kekeliruan. Manipulasi informasi dapat digunakan untuk memanipulasi persepsi orang lain atau untuk mencapai tujuan tertentu.
  4. Sikap acuh tak acuh terhadap isu-isu penting, atau keengganan untuk terlibat secara kritis dengan isu-isu sosial dan politik, dapat dianggap sebagai pemikiran yang salah.
  5. Penerimaan pandangan ekstrem atau fanatik tanpa mempertimbangkan argumen atau bukti yang bertentangan dapat mengindikasikan gagasan sesat.
  6. Mengikuti pendapat mayoritas tanpa mempertimbangkan secara kritis informasi dan pandangan yang berbeda dapat mengakibatkan kesalahan dalam berpikir. Kesesuaian dapat menghambat kreativitas dan inovasi.
  7. Keterbatasan keterampilan berpikir kritis seperti: Keterampilan analisis, evaluasi, dan sintesis dapat mengakibatkan kesalahan dalam berpikir. Individu mungkin tidak dapat memproses informasi secara efektif atau membuat keputusan rasional.
  8. Paparan media yang menyampaikan informasi yang tidak akurat atau bias dapat mempengaruhi cara berpikir seseorang. Kesalahan dalam berpikir dapat terjadi ketika individu tidak mampu menyaring atau mengevaluasi informasi secara kritis.

Penting untuk diingat bahwa kesalahan merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengalaman pribadi, pendidikan, dan lingkungan sosial. Pendidikan yang mengedepankan pemikiran kritis dan analitis dapat membantu mengurangi dampak pemikiran yang salah.

Kesimpulan

Kesesatan berpikir adalah : (1) pemahaman baru tidak berdasarkan informasi atau data; (2) pandangan dan persepsi yang salah terhadap fakta, data dan konsep; (3) pengambilan keputusan yang tidak rasional atau tidak efektif.

Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam membelajarkan pengetahuan berupa (a) pengetahuan yang terdiri dari : fakta, konsep, prosedural dan metakognitif; (b) sikap berupa sikap spiritual dan sikap sosial; (3) keterampilan dalam bentuk keterampilan berpikir dan keterampilan bertindak guna mengatasi miskonsepsi dan membangun masyarakat yang lebih informasi dan inklusif.

 

Dr. Petrus Irianto, S.H., M.Pd., M