Oleh: Esthi Susanti

Agama Abrahamik (Yahudi, Kristen, Islam dan turunannya) bicara dakwah. Dalam praktek di Indonesia menjadi sumber masalah yang dibahasakan dengan kata kristenisasi. Setelah peristiwa 65 lalu ada batasan yang ketat untuk bisa bertemu dengan agama lain. Gap begitu besar antara konstitusi dengan praktek hidup beragama bersama hingga sekarang belum diselesaikan secara bermakna. Konstitusi menjamin kebebasan beragama namun agen-agen yang ada masuk ke dalam permainan kekuasaan halus maupun kasar.

Untung saja ada skema jalan keluar lain.

Pertama. Di luar dinamika format dakwah untuk menarik orang menjadi pengikut agama, ada paradigma berpikir baru tentang dakwah/misi. Salah satu pembahas tak langsung adalah Pak Abdul Hadi.

Kang Gaus kemarin menulis “Selain penyair sufi, beliau juga satu-satunya pemikir kebudayaan Islam Melayu yg paling otoritatif”. Tulisan Kang Gaus memicu saya untuk menulis dimensi Islam Pak Abdul Hadi di status ini.

Jalan budaya dan seni puisi adalah jalan hidup Pak Abdul Hadi di tataran praksis, filsafat dan pengetahuan. Melalui jalan yang ditekuni, muncullah pembangkitan seni puisi bebas modern yang memasukkan unsur tradisi. Pak Abdul Hadi memuncul wajah seni Islam modern.

Dalam terawang saya bahwa Pak Abdul Hadi adalah pembela pihak-pihak yang ditindas. Salah satu yang dibela adalah Islam dan tokoh-tokohnya. Beliau membela Hamzah Fanzuri dan Syech Siti Djenar yang tersingkir dalam percaturan politik yang ada.

Pak Abdul Hadi adalah pembela kebenaran yang jernih. Perangkat yang dipakai adalah puisi sufi/sufiistik. Melalui ini Pak Abdul Hadi merangkul agama lain sekaligus membela Islam. Karena itu saya menilai Pak Abdul Hadi menawarkan cara menciptakan perdamaian melalui nilai sufi dan tasawuf. Jalan Damai Islam yang ditawarkan wajib disimak dan dipraktekkan.

Cara itu yang membuat saya menyebut tawarkan jalan damai yang apik. Melalui ini Pak Abdul Hadi berdakwah tentang Islam. Dalam salah satu pertemuan Pak Abdul Hadi menyebutkan tentang jumlah pengikut Islam penduduk Turki meningkat secara bermakna oleh gerakan para Sufi. Cara itu menggerakkan, mempertemukan dan menyatukan manusia. Islam menjadi tak lagi menakutkan dalam narasi tasawuf-sufi.

Pak Abdul Hadi disalahpahami banyak orang. Ada kawan yang menyebutnya sebagai fundamentalis. Pandangan ini keliru karena belum mendalami tulisan dan dunia batin Pak Abdul Hadi.

Kedua. Model dakwah/misi yang berparadigma lain secara formal saya temukan di deklarasi yang bersumber dari Konsili Vatikan ke-2. Satu perjalanan panjang Kristen Katolik sejak tahun 1962 di mana Kristen Katolik ingin tetap relevan dengan jaman. Romo Sindhu menyatakan bahwa Rublik Tanda-Tanda Jaman diambil dari dokumen Konsili Vatikan ke-2.

Gerakan kolektif Kristen Katolik yang dipimpin Paus Fransiskus menampakkan nilainya dengan kuat. Tema yang dibawa dalam perjalanan terakhirnya adalah Iman, Solidaritas dan Bela Rasa. Dengan tegas melalui tindakan-tindakan dan narasi yang diucapkan menampakkan semangat merangkul untuk persaudaraan umat.

Misi Kristen Katolik tidak lagi fokus pada mengkristen Katolikkan. Relasi yang dibangun bersama saudara agama lain adalah relasi memperkuat iman diri dan memperkuat cahaya iman orang lain.

Kajian saya terkait dengan spirit dakwah yang ada pada Pak Abdul Hadi dan Konsili Vatikan dalam gerakan persaudaraan umat, memberi cahaya pada jalan yang saya tempuh.

Dialog inter dan antar iman berbasis tradisi yang saya lakukan pada prinsipnya membahas soal bagaimana memperkuat diri dan membuat iman orang lain (apapun agamanya) menjadi lebih bercahaya. Saya bertolak dari hukum yang disampaikan Yesus Kristus yakni mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi. Lalu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.

Lalu bagaimana dengan Kristen Protestan tempat saya berada? Kristen Protestan juga membangun jalan perdamaian dan persaudaraan umat. Model Kristen Protestan terletak pada kekuatan individu. Nasionalisme Indonesia dari kalangan Kristen Protestan dari gerakan oikumene (ini hasil temuan studi Bang Semuel Lusi). Gerakan oikumene yang dimotori antara lain oleh Leimena adalah gerakan serius. Lalu ada sosok penting bernama Basoeki Probowinoto yang bicara nasionalisme, kristen jajar yang inklusif dan lain-lain. Studi yang saya lakukan terhadap sosok ini, memungkinkan saya bisa membaca dunia agama dan spiritualitas. Paradigma Kristen Protestan lagi saya pelajari. Sekarang saya sedang membaca tentang Calvin.

#esthisusanti-17-9-2024