yusuf achmad

Baju itu lusuh warnanya, pudar dan kelam,
Tak serupa kembang pagi merekah dalam taman.
Sandal koyak di sisi-sisi, setia menemani
Tapak-tapak kaki yang retak, lelah menempuh hari.
Mungkin telah menapak waktu yang tak terhitung lama.
 
Langit membentang seperti fajar yang melamun.
Kursi tua itu menyatu dalam diam renungan,
Pernah ia letih, memikul tubuh-tubuh penuh beban,
Para tamu datang silih berganti—berharap, berduka, dan memohon.
Saat itu pagiku bersinar, burung menghijau, bukan membiru,
Melingkari rumah yang diterangi lampu seperti bintang menyatu.
 
Kini aku menanti, meski warna telah berganti—
Baju, kursi, dan burung bukan seperti dulu lagi.
Ini sore menjelang malam, bukan pagi penuh nyanyian.
Harap dan asa—satu, dua, tiga, entah berapa jumlahnya—
Kutitipkan pada generasi angin yang terbang tinggi di angkasa,
Menyulut warna lagi, memangku lagi rasa kursiku yang luka,
Bagaikan bunga pagi yang tak pernah layu atau lara,
Dalam peluk bajuku, di pangku kursiku, dalam aku yang setia.
 
Surabaya, 4 Juli 2025