(bagi Alwi Hamu)

Puisi Anto Narasoma

mengalirlah laut kata-kata yang membanjiri air mata sedih ke pipi,
ketika kabar itu tiba di depan pintu rumahku

Assalamualaikum, berita kepergianmu mengucap salam ketika
embusan angin dari utara menggetarkan kata-kata

masih segar bayangan kebersamaan kita,
yang subur bersama daun-daun hijau
di taman belakang kantor kita

tak ada kekusutan wajah meski target pencapaian surat kabar yang kau catat ke dalam pikiran sejumlah awak media,
masih sebatas pertumbuhan lumut hijau

maka,
kobaran api semangatmu
yang berkibar di tiang bendera, menebarkan fatwa : inilah koran kita !

kita pernah duduk bersama di kursi kosong tanpa suara. namun kata-kata terakhir yang jarang tampil menjadi bom bagi kebesaran media kita

kisah kebersamaan itupun menghiasi selimut putih yang kau bawa ke balik layar kematianmu

maka pergilah,
sebentar lagi lapisan tanah akan membawamu ke ruang hitam tanpa bola lampu

hanya senyum itu
yang kau bawa tanpa selembar uang pun,
menjadi selimut pada
kedalaman makam terakhirmu

Palembang
18 Januari 2025